Jalan-jalan di Red Square, Situs Warisan Dunia di Melaka

by - October 06, 2024

red-square-melaka-dutch-square

Salah satu kota di Malaysia yang sangat menarik perhatian Bubu adalah Melaka. Bisa jadi ketertarikan Bubu dengan kota ini berawal dari saat sekolah. Inget banget dulu pas belajar mata pelajaran Sejarah, Melaka kerap disebut.  

Melaka merupakan kota bersejarah di Malaysia yang telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2008. Nggak heran kalau di kota ini memang banyak menyimpan bangunan bersejarah karena dulu kota ini sempat mengalami masa-masa penjajahan Portugis, Belanda, hingga Inggris. 

Nah, salah satu destinasi paling ikonik di Melaka adalah Red Square atau yang dikenal juga sebagai Dutch Square.

Berada di jantung kota, kawasan Red Square seperti menjadi magnet untuk dikunjungi wisatawan. Dalam tulisan ini, Bubu akan berbagi pengalaman saat menjelajahi Red Square beberapa tahun lalu, mulai dari bangunan ikonik hingga aktivitas menarik yang dapat dilakukan di sana.


Sejarah Red Square di Melaka

Red Square menjadi saksi bisu bagaimana Melaka tumbuh dan berkembang selama berabad-abad dibawah berbagai kekuasaan kolonial, mulai dari Portugis, Belanda, hingga Inggris. 

Penamaan Red Square bisa jadi karena beberapa bangunan di kawasan ini memiliki dinding berwarna merah yang khas. Bangunan-bangunan ini pula yang membuatnya mudah dikenali dan tampak sangat fotogenik. 

Pada masa kolonial Belanda, Red Square berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Selain itu, Di sinilah dulunya para pedagang, pejabat, dan warga kota dulu berkumpul dan menjalankan aktivitas sehari-hari. Hal ini me njadikan Red Square sebagai pusat kehidupan sosial dan politik di Melaka. 

Meskipun sekarang Red Square lebih dikenal sebagai destinasi wisata, kawasan ini memiliki makna sejarah yang dalam. 


Baca Juga: 10 Hal Menarik di Melaka


Bangunan Ikonik di Red Square Melaka

Red Square merupakan kawasan dengan beberapa bangunan unik. Berikut ini adaah bangunan ikonik yang terdapat di Red Square Melaka.


Christ Church

Salah satu bangunan paling terkenal di Red Square adalah Christ Church, yang didirikan oleh Belanda pada tahun 1753. Gereja ini adalah gereja Protestan tertua di Malaysia. Pembangunan gereja ini merupakan bentuk kemenangan Belanda dalam merebut Melaka dari tangan Portugis. 

Saat pertama kali menginjakkan kaki di depan Christ Church, meskipun Bubu muslim tapi Bubu tetap merasa takjub, sih, dengan keberadaan bangunan gereja tua ini. Memang bentuknya sederhana dan nggak terlalu besar, namun tetap terasa desain arsitektur kolonialnya. 


red-square-melaka


Gereja ini memiliki tinggi 12 meter. Di bagian atasnya terdapat tulisan Christ Church Melaka dan tanda salib. Pada bagian yang paling atas terdapat lonceng. 

Saat kependudukan Belanda di Melaka berpindah ke Inggris, gereja ini beralih menjadi gereja Anglikan. Dan sampai saat ini bangunan Christ Church di Red Square masih difungsikan untuk tempat beribadah dan berdoa. 

Saat ke Melaka, Bubu nggak masuk ke dalam bangunan gereja ini. Bubu hanya menikmati keunikan bangunan bersejarah ini dari sisi luar saja. :) 


The Stadthuys

Tak jauh dari Christ Church, terdapat The Stadthuys, bangunan yang pernah menjadi kantor pusat pemerintahan kolonial Belanda. 

The Stadthuys dianggap menjadi bangunan tertua yang dari era kolonial di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini menggabungkan gaya Eropa dengan unsur lokal, menciptakan kesan megah namun tetap terlihat sederhana.

Bangunan ini dibuat antara tahun 1641 hingga 1660 oleh pemerintah Belanda di atas reruntuhan benteng milik Portugis. Selain menjadi pusat pemerintahan, Stadthuys dulunya juga menjadi tempat tinggal Gubernur Belanda dan pegawai-pegawainya. 

The Stadthuys sejak berdiri sampai tahun 1980 digunakan sebagai kantor pemerintahan. Barulah pada tahun 1982 hingga kini The Stadthuys dialihfungsikan menjadi Museum Sejarah dan Etnografi Melaka. 

Di museum ini dipamerkan berbagai artefak dan peninggalan sejarah yang menceritakan kisah panjang Melaka dari masa ke masa. Selain itu, di museum ini juga menceritakan gaya hidup dan budaya berbagai komunitas dan sub-komunitas Melaka termasuk komunitas Melayu, Cina, India, Portugis, Baba dan Nyonya, komunitas Chetti dan Chitty. 

Ada juga pameran yang meliputi barang-barang yang digunakan dalam upacara pernikahan tradisional, peralatan dapur, alat musik, dan koleksi barang porselen kuno, senjata, perangko, dan mata uang kuno.


Baca Juga: 9 Tempat Wisata di Melaka


Menara Jam Melaka / Menara Jam Tang Beng Swee

Di bagian tengah Red Square, terdapat Menara Jam Tang Beng Swee. Siapakah Tang Beng Swee? Beliau merupakan generasi ke-3 dari keluarga filantropi kaya raya dermawan asal Tiongkok yang tinggal di Melaka.


red-square-melaka-menara-jam


Menara jam ini dibangun tahun 1886 oleh Tan Jiak Kim, anak dari Tang Beng Swee sebagai bentuk penghormatan untuk ayahnya. Tang Beng Swee ternyata ingin membuat menara jam di tengah Melaka. Namun keinginannya belum bisa terwujud karena beliau terlanjur tutup usia. Nah, keinginan inilah yang diteruskan oleh Tan Jiak Kim.    . 

Meskipun tidak sebesar bangunan lainnya, menara jam ini tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Banyak pengunjung yang berhenti sejenak di sini untuk berfoto dengan latar belakang menara dan bangunan merah di sekitarnya.


Air Mancur Victoria

Air Mancur Victoria terletak bersebelahan dengan Menara Jam Tang Beng Swee. Air mancur ikonik ini dibangun pada tahun 1901 oleh Inggris untuk memperingati Ratu Victoria.

Meski telah berusia ratusan tahun, air mancur ini masih berfungsi dengan baik. Air mancur ini juga memberikan sentuhan Inggris di tengah kawasan yang didominasi oleh pengaruh Belanda. 


red-square-melaka-air-mancur-victoria


Baca Juga: Cara ke Melaka dari Kuala Lumpur


Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Red Square Melaka

Ada beberapa aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan di Red Square Melaka. berikut ini beberapa diantaranya.


Tur Sejarah

Mengikuti tur sejarah di Red Square merupakan cara yang menarik untuk lebih memahami latar belakang bangunan-bangunan di sekitarnya. 

Kita bisa masuk ke dalam museum sambil menyelami sejarah Melaka dari masa penjajahan hingga kini berikut perkembangan kehidupan masyarakatnya. 


Naik Becak Warna-Warni

Selain tur jalan kaki, kita juga bisa menikmati Red Square dan sekitarnya dengan naik becak warna-warni. 

Biasanya becak ini dihiasi dengan tampilan mencolok mata dan diiringi juga dengan musik yang ramai. :D 


Foto dan Video di Spot Instagramable

Red Square bisa jadi surga untuk mengabadikan dokumentasi bagi wisatawan. Setiap sudutnya seolah didesain untuk menghasilkan foto yang menawan. 

Bubu menemukan banyak spot foto yang menarik, mulai dari depan Christ Church, di sekitar Menara Jam Victoria, di dekat Menara Jam Melaka hingga tulisan I Love Melaka. :D 

Jika ingin mendapatkan pencahayaan terbaik, Bubu sarankan untuk berkunjung pada pagi hari dan suasana di sana belum terlalu ramai.


red-square-melaka


Berbelanja Souvenir Lokal

Red Square juga dipenuhi dengan kios-kios kecil yang menjual berbagai souvenir khas Melaka. Ada banyak pilihan souvenir yang menarik dan dengan harga yang cukup terjangkau.


Menikmati Kuliner di Sekitar Red Square

Setelah lelah berkeliling, kita bisa menyempatkan diri untuk mencicipi beberapa makanan lokal di sekitar Red Square


red-square-melaka


Baca Juga: Museum Musik Lokananta Solo 


Kunjungan Bubu ke Red Square, Melaka jadi pengalaman yang sangat berkesan. Nggak hanya menikmati keindahan bangunan-bangunan bersejarahnya, Bubu juga melihat banyak aktivitas seru yang bisa dilakukan di Red Square dan sekitarnya.

Red Square bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga tempat dimana sejarah, budaya, dan kehidupan modern bisa berpadu. 

Bagi Manteman yang merencanakan kunjungan ke Melaka, jangan lupa untuk menyempatkan diri menikmati suasana di Red Square, ya!


Bubu Dita

@rumikasjourney


Related Posts

1 komentar

  1. Aku masih mau banget datang lagi ke Melaka. Memang menarik, dan kota ini kaya museum. Bangunan merah ini aku lihat dari luar aja tp ga masuk ke dalam. Temen2 waktu itu ga tertarik.

    Nanti kalo datang lagi bareng family , mau masuk deh. Temenku salah satu blogger Malaysia kebetulan kerjanya di museum2 Melaka. JD dia banyak juga menuliskan sejarah dari museum Melaka ini di blog nya

    ReplyDelete