Akhirnyaaaa, bangunan bersejarah yang satu ini kini telah menjelma menjadi kafe estetik kekinian.
Ya, jika Manteman suka berkunjung ke kawasan Kota Tua Jakarta pasti sudah nggak asing lagi dengan keberadaan bangunan Toko Merah.
Jika selama ini bangunan cagar budaya ini seperti tampak kosong dan hanya menjadi objek background foto para pelancong, kini Toko Merah sudah bisa dimasuki bahkan kita bisa ngopi cantik dan makan-makan di dalamnya… :)
Seperti apa rupa Toko Merah kini yang sudah menjadi kafe dan gimana sejarah dibalik bangunan bersejarah ini???
Toko Merah Kini: Kafe Estetik Bernama Rode Winkel
Dari kejauhan, Toko Merah tempat jelas terlihat. Dengan tembok khasnya yang berwarna merah marun khas batu bata, Toko Merah memang tampak berbeda dengan bangunan lainnya di kawasan Kota Tua Jakarta.
Bangunan bersejarah yang lama tidak difungsikan ini, kini kembali menyedot perhatian masyarakat karena kembali aktif digunakan.
Sejak akhir 2023 lalu, Toko Merah menjadi kafe kekinian yang estetik bernama Rode Winkel. Rode Winkel berarti Toko Merah dalam Bahasa Belanda.
Keberadaan kafe ini tepat di Jalan Kali Besar Barat membuat pengunjung kafe bisa menikmati suasana tepi sungai yang sudah tertata dengan apik. Selain itu suasana khas Kota Tua dengan bangunan bersejarah di sekelilingnya juga membuat sensasi menikmati kopi di kafe ini jadi terasa lebih nikmat… :)
Tak hanya itu saja, bagian dalam bangunan Toko Merah juga sangat klasik tempo dulu dengan interior perpaduan gaya Kolonial dan Tionghoa. Sepertinya tidak banyak yang diubah dari bagian dalamnya, termasuk pintu dan jendela tinggi, tangga kayu, hingga langit-langitnya yang tinggi.
Saat Bubu ke Rode Winkel bersama ibu-ibu dari Moms Video Maker (MVM) Community, kami mendapat tempat di sisi sebelah kiri kafe.
Sebenarnya menurut Bubu tempat yang paling enak di Rode Winkel ada di sisi sebelah kanan. Namun karena saat itu juga cukup banyak pengunjung akhirnya Bubu dan teman-teman Bubu mendapat tempat di sisi sebelah kiri dengan jumlah bangku yang lebih banyak.
Di sisi sebelah kiri memang tidak terdapat AC. Selain itu juga ruangnya agak terbuka. Namun ada tangga estetik dan dekat dengan fasilitas toilet.
Sementara Rode Winkel di sisi sebelah kanan ruangannya tertutup dan lebih adem karena ber-AC. Di sinilah juga tempat memesan dan membayar di kasirnya.
Ada dua ruangan di sisi sebelah kanan ini dengan lantai perpaduan warna hitam dan merah. Temboknya juga beberapa bagian tampak bata ekspos. Vintage banget, deh, kesannya… :) Bangku dan kursi dari kayu juga menambah kesan tempo dulu dari Rode Winkel.
Nah, bangunan Toko Merah yang saat ini sudah disulap menjadi kafe sebenarnya lebih dari satu lantai. Namun, yang sekarang difungsikan baru lantai satu saja.
Tapi dari info yang Bubu dengar dari staf kafe, nantinya lantai dua bangunan ini juga akan segera difungsikan.
Wah, jadi nggak sabar, deh, ke Rode Winkel lagi saat lantai atasnya juga sudah dipakai. View dari atas bisa lebih bagus lagi, kan… :)
Menu di Rode Winkel
Kafe ini menawarkan beragam menu minuman dan makanan ringan, mulai dari kopi, teh, hingga aneka camilan.
Tak hanya itu, Rode Winkel juga menyediakan berbagai menu makanan berat khas Indonesia, lho. Nah, untuk daftar menu beserta harganya bisa dilihat di bawah ini, ya:
Saat di Rode Winkel Bubu memesan Kopi Winkel, kopi susu dengan karamel. Untuk rasa kopi yang Bubu minum oke juga. Dan harganya juga standar kafe, yaa..
Menikmati kopi dingin di sini setelah berkeliling Kota Tua bisa jadi pilihan yang pas banget!
Apalagi setelah lelah menjelajahi Kota Tua, kita bisa menikmati makanan berat juga di sini, seperti Nasi Goreng, Iga Bakar atau menu lainnya.
Pengalaman Menarik di Rode Winkel
Berada di dalam bangunan tua tentunya Bubu dan teman-teman MVM ingin sekali mendokumentasikannya, kan.
Ada hal menarik, nih, yang Bubu rasakan saat ada di Rode Winkel. Jadi ada beberapa spot yang instagramable di kafe ini. Salah satunya spot setelah kita masuk ke dalam ada pintu besar di hadapan kita.
Nah, security di Rode Winkel kalau tidak salah namanya Pak Budi ternyata berinisiatif memfoto Bubu dan teman-teman di spot tersebut. Bukan hanya foto beramai-ramai tapi juga foto sendiri-sendiri, dong.
Hasilnya pun bagus, lho. Bubu bisa kelihatan kurus gini difotoin sama Pak Budi… :D
Karena bangunan tua, ada juga mitos-mitos yang beredar mengenai tempat ini. Beberapa mitos diantaranya adalah ada yang kerap melihat penampakan dan suara-suara dari bangunan ini di malam hari.
Namun saat Bubu di sana alhamdulillah banget nggak ada kejadian aneh, yaaa… :D Kalau Manteman yang pernah ke Toko Merah ada cerita soal mitos ini juga nggak???
Sejarah Toko Merah di Masa Kolonial
Ngomongin soal Toko Merah, bangunan ini sudah berusia lebih dari 300 tahun lho. Toko Merah dibangun sekitar tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff yang kala itu menjabat sebagai Sekretaris II Hooge Regering (pemerintahan tinggi) dan kepala urusan pabean.
Awalnya bangunan ini berfungsi sebagai kediaman pribadi Imhoff. Sepanjang abad ke-18, kepemilikan bangunan beralih tangan beberapa kali. Toko Merah juga pernah menjadi tempat tinggal beberapa Gubernur Jenderal Belanda.
Selain itu juga pernah menjadi tempat akademi kelautan dan hotel khusus pejabat VOC (1768-1808). Hingga akhirnya bangunan ini dimiliki oleh seorang Tionghoa Oey Liauw Kong pada abad ke-19.
Ada beberapa versi mengenai asal-usul nama Toko Merah. Konon, Oey Liauw Kong menamainya demikian karena warna cat bangunan yang dominan merah. Versi lainnya menyebut nama ini muncul setelah bangunan difungsikan sebagai toko berbagai barang pada abad ke-20.
Dan ada pula versi yang menyebut kata merah diambil dari peristiwa Geger Pecinan yang menyebabkan banyak orang Tionghoa meninggal dan mayatnya berada di Kali Besar.
Akibatnya air sungai pun menjadi berwarna merah…
Kalau Manteman lebih percaya dengan versi yang mana, nih, soal penamaan Toko Merah?
Toko Merah adalah lebih dari sekadar bangunan tua. Ia adalah saksi bisu perjalanan sejarah Jakarta, menyimpan kisah kelam dan misteri, serta kini bersolek menjadi destinasi wisata yang memikat dan tempat wisata kuliner yang menggugah selera.
Mengunjunginya tak hanya memanjakan mata, tapi juga mengajak kita menyelami kedalaman sejarah kota. Gimana, tertarik buat langsung berkunjung ke Toko Merah alias Rode Winkel???
Bubu Dita
@rumikasjourney