Perjalanan dari Jakarta ke Semarang tidak terlalu lama. Menaiki kereta dari Stasiun Gambir hampir pukul 11 malam, sampai di Stasiun Tawang Kota Semarang pukul 4 pagi.
Suasana masih gelap di Semarang kala Bubu dan Yaya turun dari kereta. Dengan mata yang masih mengantuk, hal yang terpikir kala itu adalah segera ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk sholat Subuh sambil menunggu terang.
Untuk menuju Masjid Agung Jawa Tengah dari Stasiun Tawang butuh waktu berkendara sekitar 10-15 menit. Jarak antar keduanya juga tidak terlalu jauh, ya, sekitar 4 km saja.
Setelah merenggangkan kaki sesaat di stasiun, Bubu langsung memesan taksi online. Tidak lama, taksi online datang dan mengantar Bubu serta Yaya ke Masjid Agung Jawa Tengah.
Sesampainya di masjid ini, suasana masih agak gelap namun sudah ada beberapa orang di pelatarannya yang luas.
Sayangnya saat itu Bubu sedang berhalangan jadi Bubu tidak ke dalam masjid. Bubu menunggu Yaya yang sholat di area pelataran masjid.
Sejarah Berdirinya Masjid Agung Jawa Tengah
Begitu memasuki area Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Bubu langsung terpesona dengan betapa luasnya pelataran atau serambi masjid ini.
Kesan besar dan megahnya masjid yang berada di ibu kota Jawa Tengah ini pun langsung terasa. Betapa tidak, masjid ini ternyata bisa menampung 6000 jemaah di dalam masjid, dan sekitar 10.000 jemaah di serambinya!
Masjid ini merupakan salah satu simbol keagamaan dan kebudayaan Jawa Tengah. Masjid Agung Jawa Tengah juga dikenal dengan sebutan Masjid Agung Semarang.
Masjid Agung Jawa Tengah menjadi salah satu tempat ibadah utama di Semarang dan juga tujuan wisata religi bagi wisatawan yang datang ke Semarang.
Masjid ini tidak hanya digunakan untuk kegiatan keagamaan, tetapi juga menjadi pusat kegiatan budaya, seperti pertunjukan seni, pameran, hingga seminar dengan tema keislaman.
Selain itu, masjid ini juga menjadi pusat pendidikan agama Islam dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan dan pengajaran Al-Quran.
Lalu sejak kapan Masjid Agung Jawa Tengah mulai berdiri dan menjadi tempat ibadah sekaligus aktivitas sosial budaya masyarakat Semarang?
Proses untuk membangun Masjid Agung Jawa tengah sudah dimulai sejak tahun 2001. Lalu pemasangan tiang pancang pertama tepat dilakukan pada 6 September 2002 oleh Menteri Agama saat itu Dr. H. Said Agil, Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto, dan KH. MA Sahal Mahfudz.
Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah juga menjadi perhatian dunia internasional. Saat acara pemasangan tiang pancang pertama tersebut ternyata juga dihadiri oleh duta besar dari Arab Saudi, Qatar, Palestina, Mesir, Abu Dhabi, Kuwait, serta Uni Emirat Arab.
Masjid Agung Jawa Tengah yang memiliki lahan seluas 10 hektar ini akhirnya diresmikan pada 14 November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Meski baru diresmikan pada 2006, namun masjid besar ini ternyata sudah digunakan jauh sebelumnya. Menurut referensi yang Bubu baca, sholat Jumat pertama di Masjid Agung Jawa Tengah berlangsung pada 19 Maret 2004.
Tahun ini usia Masjid Agung Jawa Tengah genap berusia 17 tahun sejak diresmikan.
Bangunan masih berdiri dengan kokoh dan masih didatangi jemaah maupun wisatawan seperti halnya Bubu dan Yaya… :)
Baca Juga: Wisata di Kota Lama Semarang
Ciri Khas Masjid Agung Jawa Tengah
Melihat Masjid Agung Jawa Tengah ada satu ciri khas yang juga dimiliki oleh Masjid Nabawi, yaitu payung raksasa!
Ada enam payung raksasa yang berada di serambi masjid. Tinggi payung 20 meter dengan diameter payung saat terbuka mencapai 14 meter!
Sayangnya saat Bubu berada di masjid tersebut payung raksasa elektrik itu tidak terbuka.
Kalau dari info yang Bubu dapat, payung raksasa di Masjid Agung Jawa Tengah dibuka saat solat Jumat, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Adakah Manteman yang pernah melihat saat payung raksasa di Masjid Agung Jawa Tengah terbuka? Cus, ceritain yuk di kolom komentar. :)
Baca Juga: Semarang Contemporary Art Gallery
Nah, yang jadi ciri khas dari Masjid Agung Jawa Tengah juga bisa dilihat dari arsitekturnya. Pembangunan masjid ini didasarkan pada ide untuk membangun sebuah masjid yang mewakili warisan budaya Jawa Tengah, dengan menggabungkan arsitektur Jawa klasik dan desain modern.
Bangunan masjid ini memiliki atap bergaya Jawa yang menjulang tinggi, dengan ornamen-ornamen khas seperti joglo serta tumpang sari. Di dalam masjid terdapat ruang shalat utama yang luas, dilengkapi dengan mihrab serta mimbar.
Tak hanya bergaya Jawa, Masjid Agung Jawa Tengah juga mengadopsi arsitektir bergaya Romawi. Hal ini terlihat dari pilar-pilar yang berada di serambi masjid.
Pilar-pilar dengan kaligrafi di atasnya tersebut berjumlah 25 yang menjadi simbol jumlah Nabi dan Rasul yang wajib diketahui.
Di bagian depan masjid juga terdapat menara masjid yang disebut Menara Asma Al Husna. Menara ini setinggi 99 meter sesuai dengan jumlah Asmaul Husna.
Masjid Agung Jawa Tengah juga memiliki tv dakwah sendiri, yaitu MAJT TV. Ada channel-nya di YouTube, ya, kalau Manteman mau lihat apa saja kajian juga kegiatan di Masjid Agung Jawa Tengah ini.
Gimana, mau ke MAJT juga? Bubu berharap suatu hari nanti bisa datang lagi ke masjid ini dan pas lagi nggak berhalangan supaya bisa merasakan juga sholat di dalam masjid. :D
Bubu Dita
@rumikasjourney
0 komentar