Nama Geopark Ciletuh semakin mencuat sebagai salah satu destinasi wisata andalan Jawa Barat. Pasalnya, awal tahun 2018, geopark yang berada di Sukabumi ini diakui sebagai salah satu UNESCO Global Geopark! Weeess, bangga dong, ya! :D Apa yang menjadikan Geopark Ciletuh begitu istimewa?
Dari sebuah tulisan di Detik Travel, Bubu Dita jadi tahu jika terbentuknya Pulau Jawa ternyata berawal di kawasan Geopark Ciletuh. Pada 60 juta tahun lalu, di Ciletuh terjadi tumpukan lempeng samudera dan benua hingga akhirnya tumpukan tersebut muncul ke permukaan dan membentuk sebuah pulau.
Jika dilihat di bagian Teluk Ciletuh, pada bagian pinggir pantainya terdapat batu-batu yang ternyata batu-batu tersebut berasal dari dalam samudera, lho.
Bukan hanya nilai historis yang membuatnya patut dikunjungi, namun kekayaan alam di dalam Geopark Ciletuh memang enggak terbantahkan!
Menempuh lama perjalanan hingga lima jam untuk mencapainya dengan motor sama sekali enggak membuat saya menyesal. Sepanjang perjalanan saat melintasi kawasan tersebut sungguh membuat Bubu Dita dan Yaya Indro takjub dibuatnya.
Geopark Ciletuh dan Alm. Om Cumi Lebay
Apa hubungan Geopark Ciletuh dnegan Almarhum Om Cumi Lebay? Nama Cumi Lebay pastilah sudah enggak asing lagi di kalangan teman-teman blogger, ya. Travel Blogger hits ini memberi warna sendiri bagi dunia perbloggeran Indonesia.Meski belum pernah bertemu - dan enggak akan pernah bertemu :( - tapi sejak mulai menulis blog Rumika’s Jouney ini, Om Cumi Lebay sudah jadi salah satu panutan. Satu hal yang paling Bubu Dita suka dari Alm. Om Cumi adalah jadilah diri sendiri dan humble dalam dunia blog. Banyak banget yang sayang sama Om Cumi! Walau belum pernah bertemu langsung, rasanya aura kebaikannya sudah bisa saya rasakan....
Dari tulisan di blog Om Cumi jugalah Bubu Dita pertama kali tahu tentang Geopark Ciletuh! Kalau enggak salah di tahun 2016 Om Cumi mengikuti famtrip ke Ciletuh bersama dengan Dinas Pariwisata Jawa Barat.
Saat itu nama Ciletuh belum terlalu populer seperti sekarang. Bubu Dita pun baru pertama kali mendengar namanya. Dan begitu membaca beberapa tulisan Om Cumi mengenai spot-spot menarik di Ciletuh serta melihat foto-fotonya, seketika itu juga Bubu Dita langsung membatin, “harus ke sana!”
Foto apa yang ada di blog Om Cumi tentang Ciletuh yang paling menginspirasi Bubu Dita hingga akhirnya punya keinginan itu? Nanti akan saya ceritakan di bawah, ya... :)
Di tulisan ini, Bubu Dita juga ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk Om Cumi yang sudah menulis banyak tempat indah di Indonesia, termasuk Ciletuh.
Dua tahun kemudian, keinginan saya untuk ke Ciletuh baru terlaksana. Perjalanan ke Geopark Ciletuh pun sebenarnya dadakan. Suatu hari tiba-tiba saja Yaya Indro berujar, “17an nanti kita ke Ciletuh, yuk! Naik motor aja...”
Ajakan merayakan hari kemerdekaan di Ciletuh pun saya sambut dengan antusias. Namun karena perjalanan menggunakan motor, Boo dan Mika tidak ikut serta. Lagipula perjalanan ini hanya pulang pergi saja. Bubu dan Yaya pun berniat untuk survei perjalanan dulu jika nantinya akan mengajak anak-anak ke sana. :)
Perjalanan Menyusuri Geopark Ciletuh
Karena niatnya hanya pulang pergi Depok-Ciletuh, Sukabumi, maka Bubu Dita dan Yaya Indro memulai perjalanan usai Subuh. Hampir pukul setengah enam pagi, mesin motor mulai dipanaskan. Baju ganti dan botol minum sudah saya masukkan ke dalam ransel. Tak lupa kami pun mengenakan jaket untuk menghadang dinginnya pagi.Dengan berbekal Google Maps, perjalanan pun di mulai. Dari rumah kami di Depok, Yaya Indro memacu motor menuju Cibinong hingga ke arah Bogor. Seingat saya, kami berhenti untuk sarapan pagi bubur ayam di sekitar Batu Tulis Bogor. Dari Batu Tulis, perjalanan berlanjut hingga Cigombong.
Nah, pas di Cigombong ini, kami istirahat lagi sejenak untuk membeli minum. Ndilalah setelah membeli minum dan bersiap jalan, eh, tiba-tiba perut Bubu melilit! :D Untung pas masih di depan minimarket warna biru... :D
Enggak lama setelah semedi di toilet, perjalanan pun dilanjutkan dari Cigombong, Bogor ke arah Cibadak dan Cikidang, Sukabumi.
Sebelum sampai Cikidang, kami melewati daerah Bojongkokosan, Parung Kuda, Sukabumi. Ada hal menarik di tempat ini, yaitu berdirinya Monumen Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Tepat tanggal 17 Agustus hari itu, suasana di sekitar monumen cukup ramai.
Bendera merah putih besar terpampang di dekat monumen. Awalnya pingin juga saya menepi dan masuk ke dalamnya. Tapi niat itu saya urungkan karena, jalanan padat merayap. Setelah dari Ciletuh, saya pun baru mencari tahu mengenai monumen itu.
Monumen Palagan Perjuangan Bojongkokosan dibangun untuk mengenang peristiwa pertempuran hebat tanggal 9 Desember 1945 antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melawan sekutu. Selain monumen, ternyata ada juga museum di tempat itu.
Nah, jika melewati jalan ini untuk ke Ciletuh, teman-teman bisa mampir ke Monumen Palagan Perjuangan Bojongkokosan yang sarat akan nilai sejarah.
Tak lama setelah melewati monumen, antrian mobil mengular! “Panjang sekali macetnya,” pikir saya. Asli, panjang banget! Untung saja kami naik motor, jika naik mobil entah sampai kapan kami terjebak di kemacetan ini.
Ternyata kemacetan tersebut buah dari karnaval dalam rangka menyambut hari kemerdekaan. Ramai sekali karnavalnya. Dari drumband, mobil hingga kapal hias, bahkan sampai ada arak-arakan pengantin juga! Entah itu pengantin betulan atau bukan... :D
Kemacetan ini pun saya abadikan dan posting di IG story. Seorang teman dari Sukabumi, sebut saja namanya Gungun, pun mengomentari postingan itu.
Menurutnya, karnaval memang sering diadakan di Sukabumi, terutama saat bulan Juni ke atas. Mulai dari karnaval kenaikan kelas hingga karnaval 17 Agustusan. Tak hanya di jalan besar, di gang-gang kecil penyelenggaraan karnaval sudah menjadi agenda. :D Nah, ini hal yang baru saya tahu tentang Sukabumi... :)
Kemacetan, suasana penuh, dan banyak orang pun berubah 180 derajat ketika motor yang dipacu Yaya telah memasuki daerah Cikidang. Jalanan berubah menjadi sunyi dengan perkebunan di sisi-sisi jalan.
Berkendara di daerah Cikidang ini yang mesti lebih hati-hati, ya, Gaes. Jalanannya agak mirip seperti di Puncak. Turun, naik, belokan tajam. Meski begitu saya sangat bisa menikmati, apalagi banyak pemandangan bagus yang bisa kita lihat.
Jika sangat hobi swafoto, Bubu Dita jamin pinginnya turun dari kendaraan terus, lalu foto di pinggir jalan. Hahaha... :D
Nah, hal yang kurang lebih sama juga akan kita jumpai di Geopark Ciletuh. Masya Allah view-nya sepanjang jalan luar biasa bagusnyaaa... Kami menaiki bukit dengan hamparan hijaunya rumput dan birunya warna lautan di pinggir jalan. Tidak ada kata bosan meski perjalanan yang ditempuh cukup panjang dan lama.
Jalanan aspal di Geopark Ciletuh pun cukup mulus. Papan petunjuk arah, tanda lalu lintas juga sudah terpasang dengan baik. Di beberapa bagian juga sudah ada besi pembatas jalan.
Namun, kami pun mendapati ada juga jalanan yang masih jelek. Jalan tersebut berbatu dan sangat licin. Bahkan motor yang dikendarai oleh dua orang perempuan muda sempat terpeleset dan jatuh tersungkur. Untung saja saat saya dan Yaya Indro membantu mereka tidak ada luka serius dan motornya pun masih dalam keadaan baik.
Nah, jalanan yang masih jelek ini kami dapati setelah melewati Puncak Darma dan menuju beberapa air terjun yang ada di Geopark Ciletuh. Jadi, tetap harus waspada, ya, Manteman Rumika...
Ada Apa Saja di Geopark Ciletuh?
Sebelumnya sudah Bubu Dita tulis bahwa ada satu foto di blog Alm. Om Cumi Lebay yang membuat saya terinspirasi banget untuk mengunjungi Geopark Ciletuh. Foto itu saat Om Cumi berada di Puncak Darma!Dari Puncak Darma yang berada di ketinggian 340 meter di atas permukaan laut, kita bisa melihat dengan leluasa teluk Ciletuh yang berbentuk tapal kuda berpadu dengan Pantai Palangpang. Hamparan rerumputan di bukit dengan rumah-rumah warga yang terlihat kecil juga menjadi pemandangan dari atas Puncak Darma.
Puncak Darma memang menjadi tujuan utama kami saat ke Geopark Ciletuh. Dibanding semua tempat yang ada di Geopark Ciletuh, tampaknya Puncak Darma ini memang yang paling banyak menyita perhatian pengunjung.
Rasanya saat ada di Puncak Darma, kita bisa memeluk seluruh Geopark Ciletuh. :) Senang sekali bisa berada di ketinggian Ciletuh dengan pemandangan yang luar biasa. Apalagi di depan mata terpampang nyata Samudera Hindia! Perjalanan lima jam benar-benar terbayar lunas saat tepat berada di Puncak Darma.
Untuk bisa memasuki area Puncak Darma, Bubu Dita dan Yaya Indro melewati pos penjaga yang meminta sumbangan sukarela. Saya sampai bingung mau ngasih berapa, karena memang enggak ada ketentuan (dan enggak ada tanda bukti masuknya juga, sih).
Di pos itu tertulis bahwa Puncak Darma yang menjadi tempat wisata ini lahannya merupakan milik pribadi perorangan. Jadi sumbangan sukarela tersebut digunakan untuk keamanan serta kebersihan.
Ada apa di Puncak Darma? Yang pasti di sana sudah ada signage dengan ukuran besar yang manjadi spot foto para pengunjung. Terdapat juga bangunan seperti rumah untuk tempat beristirahat. Jika sampai di Puncak Darma jangan lupa untuk menuju tempat spot foto dari bambu yang menjorok ke tebing. Hati-hati, ya, Manteman Rumika kalau mau foto di sana.
Di Puncak Darma juga ada tempat duduk beton yang bisa digunakan untuk melepas lelah para pengunjung. Tak banyak, tapi lumayanlah. :D
Oiya, jika ingin mengetahui informasi singkat mengenai Puncak Darma dan Geopark Ciletuh juga ada papan informasi di sana. Ada juga tanda larangan apa saja yang tidak boleh dilakukan di Geopark Ciletuh dan hal-hal yang patut kita waspadai saat berada di sana.
Sebelum sampai di Puncak Darma, kami berdua sempat menghentikan motor dan menuju satu tempat foto dengan bendera merah putih yang berkibar dengan gagahnya. Di dekatnya ada warung yang bisa juga digunakan untuk tempat beristirahat. Awalnya kami kira itulah Puncak Darma, tapi ternyata bukan. Tak jauh dari tempat itu, barulah kami menjumpai Puncak Darma.
Setelah dari Puncak Darma, perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Palangpang. Dari Puncak Darma sebenarnya pantai ini sudah terlihat jelas. Dengan motor, sekitar 20 menit kami sampai di pantai tersebut.
Di pantai inilah signage besar bertuuliskan GEOPARK CILETUH bisa kita temui. Untuk memasuki pantai dikenakan biaya Rp 5.000,- saja. Cukup murah, kan. Kalau menurut Bubu Dita pantai ini biasa aja, enggak terlalu istimewa.
Kami pun enggak melihat banyak wisatawan di pantai ini. Tempat teramai, ya, signage untuk foto-foto itu. Namun, ternyata stelah menelusuri pantai yang panjang ini, saya melihat ada juga, lho, orang yang sedang berkemah.
Di Palangpang terdapat tempat untuk menyewa tenda dan juga olahraga air seperti kano. Warung untuk jajan juga berderetan. Sepertinya enggak sulit, ya, untuk mencari makan di tempat ini jika sudah lapar.
Karena merasa tidak banyak hal menarik di pantai ini, kami pun enggak berlama-lama di sana. Dari Pantai Palangpang, Bubu Dita dan Yaya Indro menuju salah satu curug atau air terjun di Ciletuh, yaitu Curug Sodong.
Bukan hanya Puncak Darma yang menjadi magnet wisata di Ciletuh. Geopark ini ternyata juga kaya akan air terjun. Tak kurang dari 13 air terjun bisa kita temukan di Geopark Ciletuh, termasuk Curug Sodong.
Curug ini disebut juga Curug Sodong Kembar karena memang terdapat dua aliran air terjun yang bisa kita lihat. Di curug ini pengunjung hanya bisa menikmati dari pinggirannya saja, tidak ada yang berenang.
Seorang penjaga di sana un memperingatkan kami untuk tidak nyemplung ke kolam karena ternyata kolamnya cukup dalam, mencapai 4-5 meter. Pantas saja, kami tidak melihat adanya orang yang bermain air di kolam curug.
Beberapa wisatawan yang datang ke Curug Sodong ini juga ada yang mendirikan tenda. Ada juga yang menikmati curug sambil makan jagung bakar. Sayangnya, saat Bubu Dita dan Yaya Indro ke sana, aliran air tidak mengalir deras. Kurang mantap gitu, kan, rasanya melihat air terjun yang aliran airnya enggak deras. :)
Ya, saat ke Geopark Ciletuh memang cuaca sedang panas-panasnya. Tidak ada hujan yang turun dalam beberapa hari. Alhasil aliran curug agak kering, pun dengan rerumputan juga banyak yang menguning. Namun tetap saja hal itu enggak membuat saya berhenti bersyukur bisa menjejakkan kaki ke Ciletuh. :)
Baca Juga: Tiga Curug di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Mana yang Kids Friendly?
Di atas Curug Sodong terdapat curug lain, namun kita harus berjalan sekitar 300 meter ke atas untuk mencapainya. Awalnya kami ingin juga melihat curug di atas itu, tapi lagi-lagi kami dikejar waktu. Saat itu hari Jum’at dan sudah mendekati waktu sholat Jum’at.
Hanya menikmati Curug Sodong sesaat, setelah itu kami pun langsung mencari masjid terdekat. Tidak perlu khawatir susah mencari tempat ibadah karena di sepanjang jalan dari Curug Sodong ke arah jalan kembali, kami menemukan dua buah masjid sebelum Puncak Darma.
Sambil menunggu Yaya sholat Jum’at, Bubu Dita beristirahat di warung terdekat. Nikmatnyaaaaa, menyeruput air teh dingin di saat panas terik saat itu. :)
Menginap di Geopark Ciletuh Juga Bisa!
Meski hanya berencana untuk trip seharian di Geopark Ciletuh, saya tentunya juga penasaran apakah akomodasi di geopark tersebut cukup baik atau tidak. Dan yang paling bikin penasaran berapa rate per malam jika kita memutuskan untuk menginap di Geopark Ciletuh.Sepanjang perjalanan di Geopark Cietuh, kami memang menemui banyak pilihan tempat menginap. Untuk hotel kami tidak melihatnya. Tapi pilihan menginap berupa homestay ada banyak, kok.
Dari sekian banyak homestay yang kami lihat, kami pun menepi di sebuah tempat penginapan yang bentuknya unik seperti segitiga. Nama penginapannya Bale Kambang. Bisa dicek di akun Instagram @bale_kambang016.
Baca Juga: Camping Asyik di Forrester Glamping Bogor
Untuk menginap di tempat itu rate permalamnya bervariasi dari Rp 300 ribu hingga Rp 1 jutaan. Penginapan ini tepat berada di pinggir pantai dan punya halaman cukup luas serta tempat makan seafood.
Nah, jika Manteman Rumika berencana untuk menginap di Geopark Ciletuh bisa banget menghubungi penginapan tersebut atau bisa juga melihat-lihat penginapan lainnya yang ada di sana.
Selain langsung menginap di Geopark Ciletuh, kita juga bisa menginap di daerah Palabuhanratu, Sukabumi. Jarak Geopark Ciletuh dengan Palabuhanratu juga enggak terlalu jauh. Bisa ditempuh selama 1 jam perjalanan.
Saya dan Yaya Indro sudah punya rencana untuk mengajak anak-anak menginap di Palabuhanratu. Di sana terdapat beberapa hotel yang mempunyai view langsung ke laut! Pasti anak-anak akan menyukainya.
Lapar? Ini Rekomendasi Tempat Makan Saat ke Geopark Ciletuh
Perjalanan panjang yang kami lalui hingga ke Geopark Ciletuh tetulah membuat saya dan Yaya Indro lapar setengah mati... Hihihi... Di kawasan geopark ini memang terdapat beberapa tempat makan, meskipun saya perhatikan tidak terlalu banyak juga.Nah, untuk makan siang, kami pun memutuskan untuk menuju Palabuhanratu karena ada satu rekomendasi tempat makan enak di sana. Namanya Warung Nasi Kabita. Warung makan sederhana yang menyediakan ikan bakar yang uenaaakkk banget!
Ikan bakar di warung makan ini fresh, dari hasil tangkapan laut langsung diolah. Jadi enggak melalui proses pembekuan, ya. Selain ikan bakar, saya juga mencoba sop ikan di sana. Dua menu itu sama-sama enaknya.
Enggak nyesel, deh, waktu makan siang agak mulur sedikit ke jam 2 siang demi makanan enak ini... :D Oiya, jika Manteman Rumika lagi main ke Palabuhanratu atau ke Ciletuh, bisa juga mampir ke warung makan ini yang terletak di seberang terminal Palabuhanratu. :)
Setelah kenyang dan berkeliling pantai Palabuhanratu, kami berdua pun langsung pulang menuju Depok dengan rute yang sama seperti pada saat berangkat.
Nah, perjalanan pulang ini yang lumayan berat karena capeeekkk, yaaa... Hahaha... Pegel banget one day trip ke Geopark Ciletuh dengan motor. Tapi senangnya luar biasa, apalagi jalan-jalan kali ini hanya berdua dengan Yaya Indro kesayangan Bubu... :D
-Bubu Dita-
21 komentar
Baguuuss banget pemandangannya ya. Jadi pingin ke sana.
ReplyDeletePengen ih kesana dari dulu. Belum kesampean keburu hamil. Lewat cikidang yaa, katanya emang jalannya aduhai. Pas ada arak2an itu temen aku yang orang sukabumi cerita, emang lg rame bgt. Eh bubu Dita lg lewat situ ternyata.
ReplyDeleteBubu, ini pergi honeymoon berdua enaknyaa. Bubu, ini kayaknya asyik deh kalau perjalanan one trip gini. Sekedar lari dari kepenatan Jakarta ya. Aku belum pernah ke sini tapi lihat pemandangannya jadi pengen banget ke sini. Makasih ya referensinyaa
ReplyDeleteWaduhh mba aku blum pernah ke cieleteuh ini baru baca2 n lihat fotonya asik rame2 ini hayuh atuh jd tour guide.. next mest d list mba
ReplyDeleteEyaampun bolak-balik dalam sehari. Kalau saya kayaknya udah pegal punggung hahaha. Suami saya juga udah pernah ke sana naik motor beberapa bulan lalu. Alasannya ngukur jalan dulu sebelum ajak istri dan anak-anak. Tapi, saya jadinya ngiri lihat foto-fotonya :D
ReplyDeleteJadi ingat Cumi, pernah bercanda saat dia komen di blog aku. Ternyata aslinya ketemu diem gitu, itu ketemuan berapa waktu sebelum ternyata dia meninggal
ReplyDeletepas baca daerah ini adalah milik perorangan merasa gimana gitu,mudah0mudahan masih punya orang indonesia jangan sampai kaya di daerah lain pemiliknya adalah orang asing
ReplyDeletebuat bulan madu juga bisa ini mah, aku mau selfie berdua pasangan hihi
ReplyDeleteIsh bikin iri aja nih bubu.. one day trip seru juga ya bedua sama pasangan, bisa menambah kemesraan sekaligus refresing bareng suami.. great exprerience bubu.. bisa diconteh ini.. btw masih kuat ngga ya suami perjalanan lumayan jauh naik motor hehe.. semoga masih kuat ya bu.. dan biar seperti bubu nih ada moment indah berdua suami hihi
ReplyDeleteWaah gak sia-sia deh ya pantat panas dari Depok ke sana ternyata pemandangannya sangat memuaskan, indah banget ya mbak, terimakasih sudah berbagi ceritanya
ReplyDeleteWalaah 5 jam naik motor? Kuat banget yaa... suamiku mah ga kuat. Mending naik bus. wkwk...
ReplyDeleteKeren ya, Indonesia emang top banget.
ReplyDeleteDi segala penjuru negeri ini rasanya gak bisa terhitung keindahan alamnya :)
Aku aku berencana mau ke Sukabumi. Suami kapan hari ngajakin, tapi aku msh nimbang2 emang ada apaan di Sukabumi hehe. Ternyata ada Geopark Ciletuh. Tapi kyknya gak naik motor deh, soalnya mau sama anak2 jg :D
ReplyDeleteTFS infonya :D
Waah indah banget pemandangan dari Puncak Darma ya Mbak. By the way gimana ya pegelnya 5 jam naik motor. Tapi terbayar dengan pemandanga indah ya Mbak.
ReplyDeleteBaca tentang bebatuan itu berasal dari dalam samudera, otak saya yang agak liar tidak terkendali ini (hehehhehe) malah ekpektasi, ada peninggalan fosil Tylosaurus ga ya.
ReplyDeleteWaaah, viewnya bagus banget mba. Meski cuacanya lagi panas, tapi kebayar ya sama pemandangan yang didapat.
ReplyDeleteMbaaa pas baca judulnya td, aku tuh udh lgs gumam, inikan tempat yg pernh ditulis mas cumi :(. Eh, kamunya juga terinspirasi dia :). Aku blm prnh kesana.. Asik juga naik motor yaaa. . Aku aekali ke sukabumi ujung genteng, itu macetnya memang parah. Hrs nginep.. Kalo mau Pp kyknya memang bawa motor aja . Tp aku masih seram jalan kesana yg sempit, belok2 dan kdg ketemu kendaraan besar dr arah berlawanan :(
ReplyDeleteMasya Allah bagus banget pemandangannya, kapan ya bisa menappakan kakiku kesana?
ReplyDeleteIni istrinya Indro, yg punya kakak yg namanya Indri ya?? Salam ya, dari Rijal, temen SMA nya.. hahaha..
ReplyDeleteThanks reviewnya mba, jd ada bayangan
ReplyDeleteRIP Mas Cumi T_T Aku ketemu dia sekitar tahun 2014 di Newmont. Orangnya baik, asyik, rame banget. Duh, sedih banget...
ReplyDelete