Apa Rasanya Traveling Sendiri (Tanpa Suami & Anak-anak)?
Bus Damri yang saya naiki dari Depok menembus gelapnya pagi. Jam di handphone menunjukkan pukul 03.30. "Kalau berangkat jam segini, saya enggak akan terlambat," pikir saya. Pesawat ke Belitung yang saya naiki dijadwalkan baru lepas landas pukul 06.20 pagi. Meski masih pagi buta tapi banyak tempat duduk di bus yang terisi. Namun, saya hanya sendiri. Kali ini saya traveling tanpa Yaya Indro, tanpa Boo dan Mika. Ya, setelah 5 tahun lebih berkeluarga dan mempunyai anak, saya akhirnya merasakan kembali sensasi traveling sendiri. Gimana rasanya?
Saya mendapat kesempatan jalan-jalan ke Belitung karena menang lomba blog yang diadakan oleh Omiyago dan LaDita Tour. Sebagai juara kedua, hadiahnya berupa trip gratis ke Belitung selama tiga hari dua malam. Awalnya tentu aja Bubu mengajak Yaya Indro juga buat ikut, tapi ternyata pekerjaan kantornya lagi banyak banget dan enggak bisa ditinggal.
Saya pun enggak ada pikiran buat mengajak Boo dan Mika ikut serta. Pasalnya, kegiatan di Belitung ada yang seharian island hopping dan snorkeling. Bubu Dita mikirnya Boo dan Mika masih terlalu kecil untuk diajak melakukan hal itu.
Jauh sebelum saya mendapat kesempatan ini, Belitung memang sudah menjadi destinasi yang akan saya kunjungi bersama keluarga, tapi setelah Boo dan Mika sudah lebih besar, mungkin jika sudah Sekolah Dasar. Makanya, saya belum ada kepikiran ke Belitung dalam waktu dekat walaupun saya tahu tempat tersebut bagusnya luar biasa... :)
Setelah berunding dengan Yaya Indro dan keluarga, akhirnya saya pun jadi berangkat sendiri ke Belitung. Tentu aja saya enggak mau menyia-nyiakan rezeki ini, kan. Saya ingat betul nasihat mama dari dulu, "jangan menolak rezeki yang udah dikasih ke kamu." :D Syukur alhamdulillah, saya punya suami dan keluarga yang mendukung apa yang mau saya lakukan, selalu mendukung dan enggak keberatan menjaga anak-anak saat saya bepergian. :)
Sempat Sedih
Sejak tiket pesawat sudah di tangan dan jadwal keberangkatan sudah dipastikan dua minggu sebelumnya, bubu sama sekali enggak ngerasa gundah gulana. Eeeaaaa... :D Rasanya biasa aja mau traveling sendiri tanpa Boo dan Mika. Tapi sehari sebelum berangkat, tiba-tiba aja Bubu Dita jadi sedih banget.
Entahlah kenapa perasaan itu muncul. Kejadiannya pas malam saat Boo dan Mika dijemput untuk menginap di rumah orang tua saya dan saya enggak ikut menemani karena pesawat saya pagi sekali keesokan harinya. Pas mobil yang membawa Boo dan Mika pergi, nyeeess air mata tiba-tiba menetes satu per satu. Mungkin karena ini pengalaman pertama meninggalkan anak-anak buat liburan ke luar kota yang rada jauh, kali, ya, jadinya saya ngerasa melow banget.
Baca Juga: Things I Learned From Traveling
Beberapa hari sebelumnya saya sudah memberitahu Boo dan Mika jika saya nanti akan berada di Belitung dan enggak bisa menemani mereka selama tiga hari. Selama di Belitung, saya tetap berkomunikasi dengan Boo, Mika, dan Yayanya. Mereka baik-baik aja, malah saya dapat laporan makannya banyak banget! ( Kalau Yaya enggak usah ditanya, pasti makannya emang banyak... :D).
Selama tiga hari di Belitung, saya bisa merasakan me time yang sebenar-benarnya me time. Saat snorkeling berenang bersama ikan sambil melihat karang, rasanya waktu ikut berhenti dan saya merasa ada di dunia yang lain. Saya cuma merasa tenang dan senang. :) Bukan berarti kemudian saya senang-senang sendiri tanpa memikirkan anak-anak, ya. Tetap saja Boo dan Mika selalu ada di pikiran saya, namun dengan porsi yang pas sehingga saya tetap bisa menikmati perjalanan ini. :)
Teringat Kata Penumpang Pesawat
Mungkin ada aja orang lain yang akan berpandangan yang enggak-enggak terhadap saya. Bisa-bisanya jalan sendiri padahal sudah berkeluarga, anak-anak masih kecil pun ditinggal buat senang-senang, bukan buat urusan pekerjaan. (Sebenarnya buat kerjaan juga, sih, karena nantinya, kan, akan saya tulis di blog :D Saya sudah menganggap menulis di blog sekarang jadi pekerjaan saya). Hehe... Saya jadi berpikir suudzon gini. :D
Pikiran itu muncul saat saya berada di dalam pesawat yang akan membawa saya ke Belitung. Seorang bapak yang duduk tepat di sebelah kiri saya saat penerbangan ke Belitung itu mengucapkan kata-kata yang mestinya bisa membuat saya down dan merasa bersalah karena memutuskan untuk traveling sendiri.
"Kalau saya, enggak akan saya kasih izin istri saya buat pergi sendiri...."
Ziiiiinnnggg....
Ya, gimana enggak jadi berpikir suudzon, kan, ya, saat ada orang lain berkata seperti itu karena melihat saya pergi jalan-jalan sendiri padahal di rumah ada anak. Dan kalau dipikir-pikir mestinya saya juga down, kan, dibilangin kayak gitu. Eh, tapi hal itu justru enggak saya rasakan. Saya malah jadi kasihan sama istri bapak itu, lho. Yah, sedih banget kalau istrinya dapat kesempatan kayak saya dan dia pingin banget buat pergi tapi enggak bisa melakukannya karena enggak diizinkan suaminya.
Dari situ saya pun sadar enggak semua orang, enggak semua istri bisa seberuntung saya punya support system berupa keluarga yang bisa diandalkan dan terutama suami yang mengerti apa yang diinginkan istrinya. Traveling ini jadi salah satu hal yang paliiiiing saya suka. Dan kalau sampai Yaya Indro enggak mendukung saya buat traveling, entah, deh, gimana sedihnya saya pasti, kan. :D
Di Belitung saya bertemu teman-teman seperjalanan yang baru saya kenal. Tadinya saya mau bilang kalau saya masih mahasiswa semester 2 gitu. Tapi enggak bisa bohong banget saya mah orangnya! Muahahaha... :D Lagipula bakal ketahuanlah karena kami bertukar alamat Instagram masing-masing... :D
Rata-rata (semua!) dari mereka juga kaget begitu tahu saya jalan sendiri dari Jakarta (eh, Depok maksudnya), dan makin kaget lagi karena saya sudah menikah dan punya dua anak! Iya, sih, mau gimana lagi muka dan perawakan saya masih 17 tahun gini. :D
Satu hal yang saya senang dari teman-teman baru saya itu adalah mereka sama sekali enggak men-judge apa yang saya lakukan. Dari yang saya dengar, mereka justru salut karena saya dan suami bisa saling mendukung. :) Mereka bilang, “asyik banget, ya dibolehin sama suaminya, mbak.” Hehe...
Iya, Yaya Indro memang selalu mendukung apa yang saya lakukan, termasuk dalam urusan blog dan traveling. Dan, sama, saya pun selalu mendukung Yaya Indro dengan hobinya. Saya rela, deh,dikacangin saat komik One Piece chapter baru sudah tayang di komik daring. Saya juga relalah, saat Yaya Indro asyik main game atau mancing atau main sama teman-temannya. :)
Baca Juga: Akhiri Masa Menyusui dengan #SapihTrip, Yay or Nay?
Menurut saya penting banget punya pasangan yang saling support dalam hal yang disuka pasangannya. Dari situ kita bisa melihat versi terbaik dari pasangan kita. Iya, mau, kan pasangan kita jadi versi terbaiknya? Ya, jangan dilarang-laranglah. Asal hal yang dilakukannya baik, bisa bikin dirinya senang, dan syukur-syukur bisa bermanfaat untuk orang lain.
Apa yang Harus Dipersiapkan untuk Traveling Sendiri?
Saya yakin ada banyak ibu-ibu yang juga pingin bisa melakukan traveling sendiri dalam rangka me time tapi terbentur masalah waktu dan juga keluarga. Hal ini memang tidak bisa dipaksakan. Tapi yakinlah suatu saat pasti ada waktunya. Ada waktunya kita akan menjelajah ke mana-mana tanpa perlu didera rasa khawatir meninggalkan keluarga dan anak-anak.
Saat saya pergi ke Belitung itu, saya juga enggak benar-benar solo traveling, tapi tetap saja, ya, rasanya bukan sama keluarga jadi saya anggap memang seperti traveling sendiri. Beberapa hal berikut ini saya rasa bisa dipersiapkan ibu-ibu yang juga ada rencana mau traveling sendiri. Apa saja?
- Pastikan ada yang menggantikan peran selama kita bepergian dan mereka ikhlas melakukannya. :D
Saat kita pergi, ada banyak pekerjaan rumah tangga yang biasanya kita lakukan. Meninabobokan anak-anak, menyiapkan bekal, mengajak bermain, memasak, membereskan rumah, dan lain-lain. Tanggung jawab saya sehari-hari diambil alih oleh Yaya Indro, Tante Dina & Tante Dini, Eyang Sawangan, Eyang Depok, Mba Nani (yang sehari-hari mengasuh). Banyak, yak! :D Terima kasih enggak habis-habis ada tangan-tangan yang bisa membantu kayak gini. Saya terharu bangetlah.... :D
- Yakinkan diri.
Biasanya yang perlu diyakinkan lagi, ya, diri sendiri. Kita yang malah merasa khawatir sendiri takut anak-anak gimana. Padahal mah, yakin, aja anak-anak tanpa ada kita di sisinya pun akan baik-baik aja selama ya itu tadi ada support yang bisa diandalkan. Saya yakin melakukannya karena selain ada support keluarga juga karena saya melihat anak saya terutama si bungsu Mika sudah bisa ditinggal.
Mika sudah beberapa kali menginap saat weekend di rumah eyangnya tanpa saya. Dan ia bisa bersikap maniiiisss sekali... :D Makanya saya yakin jika saya pergi tiga hari saja itu bukan masalah baginya. Dan memang terbukti, kok, Mika enggak ada masalah selama saya pergi.
- Ceritakan ke anak-anak.
Jika memungkinkan jangan melakukan rencana traveling secara mendadak. Rencanakan beberapa minggu sebelumnya sehingga ada waktu untuk memberitahu anak-anak dan menyiapkan kebutuhan mereka. Saya pun menceritakan ke Boo dan Mika mengenai rencana traveling saya. Sepulangnya saya dari Belitung, saya juga memperlihatkan foto saya saat di sana dan mereka bilang pingin banget ke sana. :D Oya, dan tak lupa juga saya belikan mereka oleh-oleh... :D
Setelah menikah, saya pernah bilang ke Yaya Indro, “nanti dulu aah punya anaknya, mau puas-puasin jalan-jalan dulu.” Setelah saya bilang gitu, saya langsung ditegur Yaya. Waktu itu Yaya bilang meskipun sudah punya anak, kita juga bisa, kok, jalan-jalan. Dan apa yang dikatakannya memang terbukti. Seenggak dalam setahun, kami sekeluarga bisa pergi keluar kota, Yaya Indro juga bisa jalan-jalan sendiri, saya pun demikian. Jadi, rezeki untuk jalan-jalan memang sudah diatur (asal kita rajin menabung.... lalalaaaa)... :D Selain menabung, siapa sangka, kan, bisa jalan-jalan juga karena suatu hal yang enggak kita duga....
Next, Bubu Dita mau ke mana lagi, yaaaa?
-Bubu Dita-
22 komentar
Wooooooo bubu Dita keren bingits ������ si bapak itu ga mikir ya bilang ke mb Dita begitu. Bener, malah kasihan sama isterinya kalau dapat kesempatan traveling dari lomba masa ga diterima hihihi. Mesti koordinasikan segala sesuatu sama pengganti di rumah. Untung masih ada eyang dll ya. �� mantap deh. Kapan ya aku bisa kayak bubu Dita? Hehehe.
ReplyDeleteBapaknya posesif hahaha, eh atau malah terlalu kahwatir sama istrinya ya :D
ReplyDeleteBtw aku jg pernah meninggalkan ana2 sama bapaknya buat traveling dan menginap, tapi cuma semalam sih, cuma ke suku Baduy :D
Pengen jg ke Belitung kyk Bubu Dita, kapan yaaaaaaa :D
Mungkin bapak itu khawatir sama istrinya kalau pergi sendirian. Lebih enak lagi sih, istri menang lomba blog travel, suami ikut mendampingi dengan biaya sendiri. Aku pernah dapat hadiah lomba blog ke Bali tapi cuma buat sendiri, akhirnya gak jadi pergi karena dasarnya aku emang penakut. Tapi salut juga buat Yaya yg mau ditinggal sambil ngasuh bayi xixi....
ReplyDeleteIdiiih si bapak.. kalaupun bener dia ga ijinin istrinya, ga perlu juga keleees pake diomongin gitu. Kayak perempuan aja deh. Asyik banget yaa.. bisa jalan2 gratis hadiah lomba dah gitu dpt ridha lagi dr suami n ortu. Bikin iri nih.. ;(
ReplyDeleteAku kapan2 mau dong jalan2 bareng bubu dita, aku pengen banget travelling sendiri, tapi belum aja kesampean. Huhu.
ReplyDeleteAku dari dlu terbiasa jalan sendiri mba. Terima nasib aja karena emang suami sibuk bener. Kalaupun ya kadang ama Ayyas berdua. Hhehee.
ReplyDeleteAsik ya jadi nemu teman baru :)
Ish Mba Dita Cantik sih, jadi seorang laki-laki yang bilang tidak akan mengijinkan istrinya pergi sendirian karena ngga relaaa hehe pasti seru banget ya mba, aku juga pernah traveling sendirian tapi cuma sebentar dan itu juga sudah kangen banget sama anak dan suami.. semangat ngeblog mba.. supaya bisa menang lomba lagi lagi dan lagi
ReplyDeleteAku boleh julid ga sihhhh hahahahaha.. Itu bapak2 pgn aku komen, "issshhh untung wasyukurillah aku ga punya suami kayak begituuu" wkwkwkw..
ReplyDeleteBersyukur suamiku jg dukung dan slalu izinin hobi travelingku. Tp aku pikir traveling solo kamunya mba. Trnyata ada temen yaaa...
Kalo aku sih, jujur aja yaaa, kalo traveling tanpa anak, aku happy luar biasa. Tp traveling tanpa suami, kyk ada yg kurang. Dia travelmate sejati lah :) . Dr sebelum nikah, kita udh jalan kemana2, dan itu memorable bgt buatku. Walopun kdg aku jln ama temen, tp ttp aja paling asyik ama suami :)
Aku jg pertama kali hrs ninggalin suami dan anak utk travelling sendirian, ada perasaan bersalah. Tapi proses me time itu tetap hrs kita nikmati supaya pulang dr travelling kita malah bs lebih produktif, otak kita lbh fresh...apalagi ini hadiah... jgn ditolak. Sekali lg beruntung punya suami sebaik yaya Indro. Salam ya buat suamimu dan kiss buat mika dan boo
ReplyDeleteDilema buibu ya :) kadang pingin me-tim tapi pas udah dijalanin tetep inget anak :)
ReplyDeleteOmnduut.com
Karena kita tinggal di negara yang masih banyak penduduknya hobi nyinyir hehehe.
ReplyDeleteSaya pribadi ga suka traveling tanpa ajak anak dan suami. Tapi saya tidak menyalahkan mama yang traveling sendiri buat sekedar me-time.
Kalau kebiasaan traveling bareng partner trus tetiba sendiri tuh gimana gitu ya. Aku pun pernah mengalaminya akhir-akhir ini pas suamiku udah habis jatah cutinya jadi nggak bisa ikut traveling. Sedih karena nggak ada yang motoin, hahaha.
ReplyDeleteAku juga mau travelling sendiri. Biar saat kembali ke rumah bisa kangeeeeeennn lebih lama sama anak-anak dan suami. Keren ya Belitung...
ReplyDeleteSalut ama Mbak dan suami yang saling support, Alhamdulillah saya dan istri juga demikian. Kemarin malah istri ada acara gathering di Cirebon saya ijinin berangkat ama anak kedua karena masih ASI, eh dia nggak mau. Dia minta saya nyusul ama anak pertama di hari kedua.
ReplyDeleteaku mah gak bisa sendirian, walau skrg anak2 juga sdh besar, selalu berdua dg suami
ReplyDeleteSemenjak punya anak, aku blm pernah mb pergi agak agak jauhan dr anak. Klo pkr nginep..pasti diajak.
ReplyDeleteBlm nemu momentnya aja benernya..tapi sekali kali pengen nyoba
Wuah, enaknya. Alhamdulillah ya bubu, keluarga mendukung, liburan pun jadi tenang gak GeGaNa. Aku juga bermimpi bisa travelling sendirian, insya Allah pasti kalau udah tepat waktuny ya. Hehe
ReplyDeleteBubu...doakan keluarga kami beres dengan sapih menyapih yaa supaya diriku bisa me-time. Tetep sih pergi sendiri tuh Kepikiran anak dan suami. Tuh buktinya 6 orang jagain anak-anak saat Bubu pergi. Bubu memang tak terganti.
ReplyDeleteDari situ saya pun sadar enggak semua orang, enggak semua istri bisa seberuntung saya punya support system berupa keluarga yang bisa diandalkan dan terutama suami yang mengerti apa yang diinginkan istrinya. Traveling ini jadi salah satu hal yang paliiiiing saya suka. Dan kalau sampai Yaya Indro enggak mendukung saya buat traveling, entah, deh, gimana sedihnya saya pasti, kan. :D
ReplyDeleteAku seneeenggg banget nget baca paragraf ini. YOU ROCK!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
mestinya lu jawab dengan muka polos dan senyum lugu lu ta: "beruntung saya, bapak bukan suami saya!" hahahahahaahhaah... diajak pe2n ke palembang ta haha
ReplyDeleteAh beruntungnya kita punya pak suami yg baik ngijinin istrinya liburan hihii.. ya tapi kan ini semacam prestasi gitu kan bubuu hehe..tetap ada yg kurang tapi enjoy yaa^^ aku juga mau nulis ini tapi blm kesampean �� Klo aku adik malah blm disapih buuubu
ReplyDeleteWiw, enaknya mba bisa me time yg beneran me time.
ReplyDeleteAku juga berpikiran sama, kasian ama istri bapak itu. Tapi ya sudahlah itu urusan keluarga mereka.Hehe.