Jadi Ibu Menyusui Di Manapun dan Kapanpun
Melahirkan
kedua anak saya, Muhammad Birru Bagaskoro di tahun 2013 dan Muhammad Mika
Anarghya di tahun 2015, merupakan anugerah tak terhingga bagi saya dan suami
serta keluarga besar kami.
M. Birru Bagaskoro |
M. Mika Anarghya |
Sebelum
melahirkan Birru yang punya panggilan sayang "Baby Boo", saya tak
hanya menyiapkan kebutuhan lahiriahnya seperti baju bayi dan segala perintilan
bayi lainnya tapi juga bekal ilmu yang bermanfaat bagi perkembangannya kelak.
Saya bersyukur sekali dengan derasnya arus informasi tentang ilmu menjadi orang
tua baru saat ini yang mudah didapat dari berbagai sumber.
Salah
satu ilmu yang saya dapat sejak Boo masih dalam kandungan adalah bagaimana
memberikan ASI baginya. Saya punya tekad kuat Boo harus bisa mendapat ASI
eksklusif selama 6 bulan. Jika target itu tercapai saya bulatkan lagi tekad
untuk bisa memberikannya full ASI sampai umurnya satu tahun. Jika diizinkan,
saya ingin memberinya ASI sampai dua tahun seperti yang tertera di kitab suci.
Namun, saya adalah ibu bekerja. Bisakah target ini tercapai? Sempat ada rasa
tak percaya diri, namun saya jalani saja semampu saya, sekuat saya... :) Saya
yakin, jika tekad sudah bulat apapun akan kita lakukan untuk mencapainya. Karena
itulah sejak Boo lahir ke dunia, saya pun siap menjadi ibu menyusui dimanapun dan
kapanpun.
JADI IBU MENYUSUI DI KANTOR
Tiba saat yang paling menyesakkan dada. Meninggalkan Boo dan Mika yang belum genap tiga bulan untuk kembali bekerja. Rasa sedih harus berpisah setelah menimang-nimang dalam dekapan selama hampir tiga bulan itu saya tepis dalam-dalam. Menjadi working mom adalah pilihan saya.
Tiba saat yang paling menyesakkan dada. Meninggalkan Boo dan Mika yang belum genap tiga bulan untuk kembali bekerja. Rasa sedih harus berpisah setelah menimang-nimang dalam dekapan selama hampir tiga bulan itu saya tepis dalam-dalam. Menjadi working mom adalah pilihan saya.
Konsekuensinya,
saya harus menyiapkan stok ASI sebanyak-banyaknya untuk Boo dan Mika saat saya
kembali bekerja. Alhamdulillah, berkat adanya tekad, ASI perah yang terkumpul
pun cukup banyak.
Di
kantor pun saya tetap memerah ASI paling tidak tiga kali sehari. Sayangnya,
kantor saya belum mempunyai ruang laktasi. Jadi, selama petualangan saya
menjadi ibu menyusui yang bekerja, saya pernah memerah ASI di meja kerja sambil
ditutup apron menyusui, di ruang rapat, di ruang khusus tes pelamar kerja, di
mushola, sampai yang paling menyedihkan, di toilet.
Setelah pumping di kantor |
Meski
ibunya bekerja, Boo dan Mika sukses ASI eksklusif dan full ASI sampai usia satu
tahun lebih. Meski Boo tak sampai dua tahun menyusui dan menyapih dengan
sendirinya saat saya hamil Mika tapi saya tetap bersyukur bisa memberikan hal
yang paling ia butuhkan saat masih bayi. :)
Sekarang
saya masih menyusui Mika yang berusia 15 bulan dan masih membawa cooler bag ke
kantor. Masih ada saja orang yang bertanya, kenapa sampai saat ini saya masih
saja membawa cooler bag dan memerah ASI di kantor. Saya selalu menjawab,
"anak saya masih doyan ASI." :)
Tips:
Menjadi ibu menyusui sambil bekerja saya akui memang tidaklah mudah. Ada beberapa teman yang akhirnya harus resign karena stok ASI sudah habis saat bayinya belum sampai usia enam bulan. Ya, supaya tetap bisa memberikan ASI eksklusif bagi bayinya, mereka pun memutuskan berhenti bekerja. Itulah salah satu dilema berat yang harus dirasakan ibu menyusui sekaligus working mom.
Menjadi ibu menyusui sambil bekerja saya akui memang tidaklah mudah. Ada beberapa teman yang akhirnya harus resign karena stok ASI sudah habis saat bayinya belum sampai usia enam bulan. Ya, supaya tetap bisa memberikan ASI eksklusif bagi bayinya, mereka pun memutuskan berhenti bekerja. Itulah salah satu dilema berat yang harus dirasakan ibu menyusui sekaligus working mom.
Berdasar
pengalaman saya selama ini, saya mempunyai beberapa kiat agar ibu bekerja bisa
sukses memberikan ASI eksklusif. Berikut kiat-kiat tersebut.
-Siapkan stok ASI perah sedini mungkin. Jika memungkinkan setelah melahirkam dan ASI sudah keluar pun bisa mulai menyetok. Semakin banyak stok, semakin bagus. Jika perlu sewa freezer khusus ASI. Saya tahu ASI saya tidak terlalu berlimpah ruah, karena itulah saya berusaha untuk mengumpulkan ASI sedikit demi sedikit sepanjang cuti melahirkan.
-Meski sudah ada stok dan perah ASI di kantor, usahakan saat malam tetap memerah ASI juga. Saat menyusi Boo saya suka malas memerah di saat malam atau subuh, tapi saat menyusui Mika saya tetap mencoba memerah di saat malam. Hasilnya, saya kejar tayang saat Boo masuk usia delapan bulan. Dan hal itu tidak saya rasakan sampai kini menyusui Mika.
-Selalu siapkan apron di kantor. Bagi yang kantornya tidak mempunyai ruang laktasi, hal ini penting banget, lho.
-Siapkan stok ASI perah sedini mungkin. Jika memungkinkan setelah melahirkam dan ASI sudah keluar pun bisa mulai menyetok. Semakin banyak stok, semakin bagus. Jika perlu sewa freezer khusus ASI. Saya tahu ASI saya tidak terlalu berlimpah ruah, karena itulah saya berusaha untuk mengumpulkan ASI sedikit demi sedikit sepanjang cuti melahirkan.
-Meski sudah ada stok dan perah ASI di kantor, usahakan saat malam tetap memerah ASI juga. Saat menyusi Boo saya suka malas memerah di saat malam atau subuh, tapi saat menyusui Mika saya tetap mencoba memerah di saat malam. Hasilnya, saya kejar tayang saat Boo masuk usia delapan bulan. Dan hal itu tidak saya rasakan sampai kini menyusui Mika.
-Selalu siapkan apron di kantor. Bagi yang kantornya tidak mempunyai ruang laktasi, hal ini penting banget, lho.
-Yang
juga penting adalah informasikan pada bos dan rekan kerja jika kita ingin
memberi ASI untuk anak kita, sehingga ada waktu jam kerja yang dipakai untuk
memerah. Semoga bos dan rekan kerja bisa memakluminya dan mendukung tekad kita.
JADI IBU MENYUSUI SAAT TRAVELING
Katanya jika ibu bahagia, maka ASI akan deras keluarnya. Nah, salah satu hal yang bisa membuat saya bahagia adalah traveling. Iya, jalan-jalan kemana pun juga untuk menikmati suasana baru, menikmati makanan yang jarang dimakan, menikmati penginapan yang belum pernah diinapi, menikmati interaksi orang-orang di tempat itu. Saya suka!
Katanya jika ibu bahagia, maka ASI akan deras keluarnya. Nah, salah satu hal yang bisa membuat saya bahagia adalah traveling. Iya, jalan-jalan kemana pun juga untuk menikmati suasana baru, menikmati makanan yang jarang dimakan, menikmati penginapan yang belum pernah diinapi, menikmati interaksi orang-orang di tempat itu. Saya suka!
Saat
masih menyusui, saya pun tidak membatasi diri untuk jalan-jalan. Membawa Boo
dan Mika traveling malah menjadi hal
yang menyenangkan, meski ada juga kerepotan yang dirasakan akibat banyaknya barang
yang dibawa. : ) Saya tetap bisa menyusui Boo dan Mika di sepanjang perjalanan
saat traveling. Di kereta, di
pesawat, di mobil. Menyusui bisa membuat mereka tenang dan tidak rewel.
Tips:
Supaya
traveling tetap nyaman dan
menyenangkan di saat masih menyusui anak, saya punya beberapa tipsnya, nih.
-Jika
bepergian menggunakan pesawat, saat take
off dan landing, susui bayi
sehingga mulut mereka tetap bergerak dan menelan. Aktivitas ini bisa
menyeimbangkan tekanan di telinga agar tidak sakit.
-Jika
bayi ingin menyusu, langsung susui saja dimana pun itu, jangan ditahan-tahan.
Jika ditahan tangisnya pasti meledak. Karena itu membawa apron menyusui juga
berguna sekali.
-Gunakan
baju menyusui yang nyaman. Saya punya baju menyusui favorit yang biasanya saya
pakai saat jalan-jalan. : )
Baca
Juga: Baju Menyusui yang Nyaman Untuk Traveling
JADI IBU MENYUSUI DI BIOSKOP
Hal
lain yang bisa membuat saya bahagia adalah nonton di bioskop. Hehehe… Selama menyusui, saya beberapa kali menonton
film di bioskop bersama suami. Saya tetap membawa cooler bag dan memerah ASI. Suasana bioskop yang gelap dengan suara
yang keras tentu tidak membuat orang lain merasa terganggu. Dari awal memilih breastpump, saya memang lebih suka pompa
ASI manual. Pompa manual tentu saja bisa dipakai di manapun, mudah digunakan,
dan praktis tidak perlu khawatir baterai habis atau repot mencari colokan
listrik.
SUKA DUKA SELAMA MENJADI IBU MENYUSUI
Banyak
hal menarik yang saya rasakan saat menjadi ibu menyusui. Ada suka, ada duka,
semuanya bisa saya lalui dengan lapang dada dan gembira. Saya pernah merasakan
perihnya payudara saat awal Boo dan Mika menyusui karena pelekatan yang belum
benar serta saat mereka berdua mulai tumbuh gigi. : ) Saya pun pernah mengalami
milk blister, ada bintil putih di
payudara yang menyebabkan ASI tersumbat. Saat disusui sakitnya luar biasa! Pernah
pula saya tidak sadar saat memerah ASI, satu botol berwarna merah muda karena
payudara saya ternyata berdarah.
ASI
yang sudah saya perah di mushola pun pernah tumpah ke karpet. Cooler bag yang hampir ketinggalan di
kereta dan sempat juga tertukar cooler bag dengan ibu menyusui lain di commuter line karena kami memakai tas
yang motifnya sama persis! : )
Saya
pernah senang setengah mati saat menyusui di nursing room sebuah mal dan tak sengaja bertemu dengan teman yang
sudah lama sekali tidak bertemu sedang menyusui bayinya juga. Kami
saling bercerita dan saling mendukung satu sama lain. : )
DUKUNGAN UNTUK IBU MENYUSUI
Ya, tanpa
dukungan berbagai pihak, sulit rasanya seorang ibu menyusui berjuang seorang
diri dalam tekadnya memberikan ASI untuk anaknya. Peran suami sangatlah
penting. Dukungan bisa berupa material dan moril. Peran keluarga juga luar biasa
pentingnya. Ibu saya yang hanya memberi ASI pada saya selama dua bulan saja,
tapi dia mendukung penuh saat saya memberi ASI pada Boo dan Mika, bahkan dia merasa
bangga sekali saya bisa melakukan itu. Saya beruntung tidak mendapat bisikan maupun
anjuran yang bisa melemahkan tekad saya memberi ASI pada Boo dan Mika dari
keluarga.
Teman-teman
yang sesama berjuang memberi ASI juga menjadi tempat saya curhat, tempat saya
berbagi dan mendapat pengetahuan baru. Dokter dan suster di rumah sakit
langganan juga sangat mendukung pemberian ASI. Peran masyarakat juga penting
dalam hal ini. Saya bersyukur sempat mengikuti kelas laktasi yang diadakan Asosiasi
Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). Pemerintah pun saat ini semakin gencar melakukan
kampanye ASI dengan semakin banyaknya iklan di berbagai media. Selain itu,
adanya Pekan ASI Dunia atau World Breastfeeding Week yang dirayakan setiap tahun
tentu menjadi pengingat betapa pentingnya ASI bagi anak dan pentingnya
mendukung ibu menyusui di seluruh dunia. : )
-Bubu Dita-
4 komentar
ketika masa menyusui, bisa dikatakan ak mengalami banyak kerepotan. Mungkin karena saya di rumah. Tapi dulu waktu masih ngantor, saya punya atasan yang selalu perah ASI di kantor. Melihat perjuangannya bikin saya kagum aja. Gak gampang tapi tetap semangat :)
ReplyDeleteIya, Mba Myra pasti ada banyak suka duka ibu menyusui sambil kerja.. :) Betuuul, harus semangat bgt biar berhasil.. :D
Deletehiihii. cooler bag jadi senjata andalan banget ya mba. Saya dulu juga selalu bawa tapi yang model ransel jadi lebih praktis.. Bisa di mana saja dan kapan saja. apalagi saat itu kerja saya mobile...
ReplyDeleteSemangat, dan selamat ya untuk Mika dan Birru sukses ngasinya... :-)
Bener banget Mba Ira, cooler bag jgn sampe ketinggalan klo pergi kemana-mana, yaa.. :D
Delete