Setahun
sekali Pasar Gede Solo bersolek. Ribuan lampion dipasang menghiasi jalan. Malam
menjelang, lampu lampion dinyalakan, tapi di siang hari pun suasana Pasar Gede
saat menjelang Imlek sampai Cap Go Meh tetap meriah dengan warna merah menyala.
Mengajak
Boo ke Pasar Gede Solo saat menjelang Imlek menjadi kebahagiaan tersendiri
baginya. Boo penyuka lampion dan barongsai! : ) Matanya seperti enggak berkedip
melihat banyaknya lampion di tempat ini.
Awalnya
kami berniat ke Pasar Gede untuk menaiki perahu yang melewati aliran sungai di
dekat Pasar Gede. Bahkan di sepanjang aliran sungai, lampion-lampion juga
berjejer rapi sebagai hiasan. Menarik sekali! Namun saat kami sampai di siang hari, perahu
sedang tidak beroperasi. Hal tersebut enggak menyurutkan langkah kami untuk
mengeksplorasi daerah Pasar Gede. Kami sempat melihat klenteng bersejarah dan
wisata kuliner di tempat ini! : )
Klenteng Tien Kok Sie
Aroma
dupa sudah tercium bahkan dari luar klenteng Tien Kok Sie yang letaknya ada di
seberang sisi kiri Pasar Gede. Klenteng ini juga tak mau kalah bersolek. Hiasan
lampion juga membuat suasana klenteng tambah semarak. Apalagi ada patung naga dan
monyet persis di depannya yang jadi ajang foto-foto bagi warga, termasuk Boo!
Hihihi… Boo, si penyuka kerajinan patung dan semacamnya langsung sumringah begitu
melihat patung naga dan monyet besar di depan klenteng ini. Boo sampai naik ke
atasnya untuk minta difoto… : )
Sayangnya
kami enggak sempat untuk masuk ke dalam klenteng ini. Klenteng Tien Kok Sie
merupakan bangunan bersejarah berusia ratusan tahun dan masuk ke dalam Benda
Cagar Budaya (BCB). Berdiri di pusat kawasan ekonomi kota, Klenteng Tien Kok
Sien tampak menyempil diantara bangunan besar di sekelilingnya.
Kuliner
Ke
Pasar Gede Solo enggak lengkap rasanya kalau belum mencoba Dawet Selasih Bu
Watik. Tempatnya berada di dalam Pasar Gede, melewati berbagai penjual sayur,
daging, dan sebagainya! Seruuu… : ) Kiosnya kecil, bahkan tempat duduk untuk
pembeli juga enggak banyak, tapi tenyata penggemar dawet selasih ini banyak
jugaaaa! : ) Sepertinya pembeli enggak berhenti datang. Pembeli pergi, pembeli
baru datang dengan pesanan enggak hanya satu bungkus saja.
Harga
satu porsinya Rp 7500,- disajikan dengan mangkok kecil. Buat saya makan satu
porsi, sih, kurang! Hehehe… Boo bahkan terlihat menikmati es dawet ini sampai
tetesan terakhir! Hihi…
Beda
dengan dawet pada umumnya, sesuai dengan namanya, dawet ini memakai biji
selasih dan rasanya juga enggak terlalu manis. Selain selasih, dawet ini berisi
butiran-butiran cendol, ketan hitam, dan tape yang dipadukan di dalam kuah santan
encer dan es. Oya, selain Dawet Selasih Bu Watik ada juga penjual dawet selasih
lainnya. Kuliner yang wajib dicoba, nih, buat yang baru pertama kali ke Pasar
Gede biar enggak penasaran. : )
-BubuDita-