Drama Gelap Gulita di Kamar Hotel
Ini pengalaman pertama sepanjang saya menginap
di hotel. Pengalaman yang enggak akan mau terulang lagi di kemudian hari.
Pengalaman enggak enak, tapi bisa jadi bahan cerita di blog ini. Pengalaman
yang….. aaaah bikin hati deg-degan maaaakkkk!
Jadi, begini ceritanya….
Saat weekend
gateaway di Bogor, kami menginap di sebuah hotel Jalan Padjadjaran, dekat
sekali dengan Kebun Raya. Hotelnya lumayan oke, kamar superior agak luas dengan
furniture yang masih terbilang baru.
Kami datang check
in di Sabtu sore. Nah, setelah istirahat sejenak dan merapikan
barang-barang, Yaya Indro ingin mencari makan malam. Pilihan pun jatuh ke Kedai
Kita yang terkenal dengan pizza bakarnya. Tadinya, saya juga mau ikut. Tapi
kondisi di luar agak mendung dan Mika juga sudah mengantuk. Saya pun urung
ikut. Akhirnya Yaya pergi dengan Boo saja, tak lupa membawa payung. “Makan buat aku take away aja, deh, yaya,” kata saya pada Yaya. “Oke,” balas Yaya.
Asiiikkk udah enggak sabar makan pizza bakar! Nom…nom…nom…
Menjelang maghrib mereka belum kembali ke hotel.
Mika masih menyusui dalam dekapan saya, namun matanya sudah tertutup. Woalah,
si bungsu sudah tidur. Sambil menyusui, saya bermain handphone. Tiba-tiba…..
Ceklek…. Keadaan kamar menjadi gelap gulita
seketika!!! Huaduuuhhh, kenapa iniiii? Saya langsung panik, tapi blank, kosong, bingung mau berbuat apa!
Maaf, ya, kali ini gambarnya benar-benar gelap |
Dari dalam kamar, saya mendengar sayup-sayup
suara orang di koridor luar. Saya mau beranjak, namun Mika masih di posisi yang
sama, masih menyusu. Saya enggak bisa kemana-mana. Saya melihat jam di handphone sudah pukul 18.18. Saya pikir
hanya kamar ini yang mati listrik, ternyata seluruh kamar juga mati listrik.
Saya langsung telepon Yaya. Ia dan Boo masih ada di Kedai Kita. Di sana pun
mati listrik. Saya merasa lega sedikit.
Sedikit cahaya masuk dari jendela yang gordennya
tersingkap. Saya bisa menggapai telepon yang ada di atas meja sebelah kasur, setelah
membaringkan Mika tepat di samping saya. Saya menelepon lobi hotel, resepsionis
meminta maaf atas ketidaknyamanan yang saya rasakan. Mereka sedang berusaha
untuk menyalakan listrik dengan genset hotel. 10 menit berlalu, listrik masih
mati, kamar masih gelap. Cahaya dari luar jendela mulai meredup.
Kami menempati kamar superior twin bed. Saya selonjoran di kasur yang menempel tembok. Mata
ini rasanya mau merem aja. Tapi tergelitik untuk melihat ke kasur di sebelah.
Lihat enggak, yaaa? Duuhh… penasaran. Saya ini orang penakut tapi suka
penasaran. Saya pun melihat ke kasur di sebelah dan syukurlah enggak ada
apa-apa atau siapa-siapa... : ) Tapi hati ini masih deg-deg seeerr. Yayaaaaa…
Booo… cepetan pulang, dooonng! : (
Caaasss, 5 menit berlalu, lampu pun menyala dan
serta merta saya mengucap syukur. Saya juga bersyukur Mika sudah terlelap dan
enggak bangun saat keadaan kamar sangat gelap. Lega rasanya! Semakin lega saat
Yaya dan Boo kembali sambil membawa pizza bakar. Hihihi… : ) Rasanya malam itu
jadi malam terpanjang dalam hidup sayah, deh. Fiyuuuhhh…
-Bubu Dita-
6 komentar
kalau saya mah pasti jerit2 secara aku atkut banget dengan kegelapan
ReplyDeletePengennya jerit juga Mba Tira, tapi anakku lg bobok.. Hihi
DeleteKirain bener ada 'penunggu' nya mba :D. Aku jg paling serem kalo kejebak dlm kamar gelap gulita d tmpat yg blm familier pula -_-
ReplyDeleteNah iya mba bener, baru pertama kali nginap di sana ada kejadian mati lampu pula.. duh deg2an, untung sih gak liat yg macem2 hehehe...
DeleteKebayang ya, kalo gelap gulita gitu rasanya dada mendadak sesak :(
ReplyDeleteSesek napas dan mata pengennya merem aja yaa mba..
Delete