Dari dulu setiap ke Kota Tua Jakarta, rasanya
pingin banget mampir ke Café Batavia. Tapi keinginan itu enggak pernah
kesampaian. Nah, saat tahun baru 2016 ke Kota Tua, kesempatan untuk menikmati
makanan dan suasana tempo dulu di Café Batavia akhirnya datang juga. Hehehe…
Kami memilih untuk duduk di sofa area depan. Ini tempat yang pas bagi kami yang membawa dua batita. Apalagi tas yang kami bawa pun cukup banyak. Jadi, dua sofa besar yang kami tempati sesuai dengan kebutuhan. Di area depan pun suasananya lebih terang daripada di dalam.
Suasana Jakarta tempo dulu memang bisa langsung
kita rasakan begitu memasuki café ini. Interior di dalamnya mendapat sentuhan
zaman kolonial. Meja kursi kayu dengan pintu besar dan jendela kayu serta
banyak sekali foto-foto selebritas dan petinggi yang berjejer rapi di dinding
café. Saya tidak sempat melihat ke lantai dua, tapi saya rasa suasana masa
lampaunya pun tak jauh berbeda.
Saya sempat kaget banget saat memasuki
toiletnya. Begitu pintu toilet saya tutup, tiba-tiba di depan saya ada orang!
Wuaduh gimana mau pipis iniii, kok ada orang lain. Itu orang atau “orang?” Eh,
ternyata itu orang diri saya sendiri! Hihihi... Iya, di dalam toilet ternyata
ada kaca besar yang menutupi satu sisi dinding. Duh, kaget! : )
Soal makanan, Cafe Batavia menyediakan menu
barat yang cukup lengkap, mulai dari sandwich, pasta, soup, steak, dan lainnya.
Untuk menu Asia juga banyak pilihan, lho. Ada tom yum, bubur, kwetiaw, mie,
gado-gado, dim sum, sate, rendang, dan masih banyak lagi.
Kali ini kami memesan soto ayam, nasi goreng,
dan crispy fish and chips dengan saus tartar. Minumnya cukup jasmine tea di pot
yang bisa untuk 3 orang serta bajigur. Untuk rasa, lumayanlah bajigurnya yang paling nikmaaaat). Nah, untuk harga,
mahaaaal… Ahahaha jujur amat, ya. : ) Soto
ayam + nasi Rp 65K, nasi goreng pakai udang goreng kecil 2 + ayam goreng kecil +
sate 2 tusuk Rp 85K, crispy fish and chips (ikan dori) Rp 120K. Harga memang
relatif buat masing-masing orang. Tapi buat makanan dengan taste seperti yang
saya rasakan dibandingkan dengan porsi dan harganya jadi bisa saya bilang
mahal. Tapiiii, alhamdulillah ini ditraktir.. Hihihi... : )
Boo sempat mencoba sate satu suap, serta nasi
goreng dan kentang goreng beberapa suap. Anak ini sepertinya lebih tertarik dengan
interior café dibanding makanannya : ) Berkali-kali, Boo hilir mudik dari
tempat kami duduk di bagian depan café ke bagian dalam café yang kurang terang.
“Bu, ada patung badan, bu!” kata Boo sambil menunjuk ke atas. Hoalah, ternyata
memang ada cetakan replika bagian dada manusia berwarna emas di salah satu
sudut café. Boo bahkan sempat naik ke panggung! (Dan segera saya gendong biar
turun… : ) Adiknya, Mika, sepertinya juga menikmati suasana santai di café ini
sambil makan MPASI-nya.. Hehe : )
Akankah kami akan kembali lagi ke café ini? Mungkin,
buat nongkrong-nongkrong lumayan asyik, kok, tempatnya. : )
-Bubu Dita-
2 komentar
sampe detik ini aku belum pernah keturutan ke sini mbaaaa
ReplyDeleteKapan2 deh, insyaAllah mampir ke sindang
bukanbocahbiasa(dot)com
Coba sekali-kali mba Nurul, biar enggak penasaran.. hehe
Delete