Belajar Ikhlas dari Pak Mungal
Hari
gini, mau enggak kita kerja tanpa mendapat bayaran sepeser pun? Kalau saya
sudah pasti jawabannya “enggak mauuuuu…” Nanti saya jajan kue cubit bayar pake
apaaaa? Beli baju sama bayar arisan komplek gimanaaa? Beli mainan Boo sama Mika
pake daun aja apaaa? Hehehe… : )
Saat
di Keraton Kasepuhan Cirebon, saya bertemu dengan Pak Mungal. Wajahnya sudah
menampakan guratan-guratan keriput, rambutnya pun sudah memutih. Ia memakai setelan beskap putih dengan sarung
bermotif mega mendung hijau dan blangkon bermotif serupa. Pak Mungal merupakan tour guide di Keraton Kasepuhan.
Pak
Mungal fasih sekali menceritakan sejarah tempat yang kami kunjungi, ia pun
sangat lincah ke sana ke sini. Ada satu yang menarik dari Pak Mungal, ia suka
sekali memfoto : ) Dan Pak Mungal senang memfoto kami memakai Iphone diantara
kamera handphone-handphone lainnya. “Pakai yang ada gambar apel-nya, ya. Bagus
itu!,” katanya. Hihihi, Paaaakkk tahu aja , nih, bapak, handphone yang mahal… :
)
Pak
Mungal saya rasa berbakat jadi fotografer profesional. Iya, dia sepertinya hobi
sekali memfoto dan handal mengarahkan kami bergaya. Saat melihat foto
bidikannya pun, hasilnya cukup bagus. : )
Pak
Mungal sudah menjadi tour guide selama
puluhan tahun. Dan selama itu pula ia ikhlas bekerja tanpa mendapat bayaran. “Seperti
abdi dalem keraton, kerja ikhlas saja gak dibayar,” ujarnya. Pak Mungal tentu
mengharapkan tip dari pengunjung yang mendengarkan ceritanya untuk kelangsungan
hidupnya.
Ya,
setahu saya abdi dalem keraton di Solo atau Jogja pun meski menerima gaji tapi
gajinya keciiiil sekali. Saya pernah membaca pengalaman abdi dalem yeng
mendapat upah hanya Rp 10.000 saja tiap bulannya. Bahkan bayaran mereka suka
telat hingga berbulan-bulan lamanya. Apa mereka mengeluh? Ternyata tidak sama
sekali. Mereka senang bisa mengabdi pada keraton, bekerja di sana merupakan
suatu kehormatan. Tak digaji pun tak apa-apa.
Mereka bekerja karena loyalitas yang tinggi dan rasa ikhlas yang luar
biasa. Bisakah kita seperti itu?
Dari
Pak Mungal saya belajar arti keikhlasan. Terima kasih, ya, Pak, di zaman yang
serba materialistis ini, masih ada Bapak sebagai pengingat bahwa materi bukan
segalanya.
(Tiba-tiba
tulisan saya jadi bijak sekali kali ini, ya… : ) Belajar apapun, bisa di mana
pun dan dari siapa pun… : ))
-Bubu
Dit-
0 komentar