Dusun
Bambu, family leisure park terngehits di Bandung ini memiliki empat restoran
dengan keunikannya masing-masing. Ada Pasar Khatulistiwa yang menyediakan
banyak sekali pilihan makanan yang di jual di booth. Resto Burangrang yang
nyaman, bisa memilih untuk duduk di dalam ruangan atau di luar ruangan dengan
view danau. Ada lagi Resto Purbasari berupa saung-saung di tepi danau yang
memanjakan mata. Dan yang terakhir adalah resto Lutung Kasarung yang bentuknya
seperti sarang burung di atas pohon!
Saat
ke Dusun Bambu, saya sudah niat banget untuk mencoba sensasi makan di sarang
burung ala resto Lutung Kasarung. Tiba saat jam makan siang, tentu saja resto
ini penuh pengunjung, baik yang makan di dalam sarang maupun yang
menyambanginya hanya untuk selfie semata. Jalan menuju sarang-sarang burung
berupa jembatan panjang yang tak terlalu lebar. Hanya cukup untuk dua orang
bersebelahan. Jika ada yang selfie tentu saja jalan pun menjadi tersendat.
Beberapa
meter berjalan di jembatan, kami sampai di tempat reservasi. Ternyata semua
sarang burung sudah penuh. Untuk menikmati santap siang di sarang burung kala
itu kami masuk waiting list dan harus
menunggu selama kurang lebih 1,5 jam. Waktu yang cukup lama namun untungnya di
Dusun Bambu banyak hal menarik yang bisa dilihat. Saat Yaya Indro menunggu
sambil menyemil di Pasar Khatulistiwa, saya dan anak-anak bermain di
Playground.
Satu
jam lebih berlalu dan kami pun bersiap kembali untuk menuju Resto Lutung
Kasarung. Kami mendapat sarang burung nomor tujuh. Sarang burung ini termasuk
yang berukuran besar. Ya, di resto ini memang ada yang berukuran kecil
untuk sampai 4 orang dan yang berukuran besar yang bisa menampung hingga 7-8
orang.
Resto
Lutung Kasarung menerapkan sistem sewa per jam bagi pengunjung yang datang
untuk makan di tempat. Kami harus merogoh kocek Rp 125 ribu untuk sewa selama
satu jam setelah makanan kami datang. Jika mendapat sarang yang kecil harga
sewanya Rp 100 ribu per jam. Nah, jadi mesti benar-benar niat, nih, kalau mau
makan di resto ini. Lumayan juga, kan, harga sewanya. Dan jangan melepas
kesempatan untuk berfoto di dalam sarang karena, ya, hanya yang menyewa dan
makan di sana yang bisa melakukannya.
Kami
menempati sarang yang luas, sehingga Boo dan Mika pun jadi leluasa bergerak,
tak bisa diam. Apalagi Mika saat itu masih belum lancar berjalan dan ia hilir
mudik di dalam sarang sambil merambat. Nah, untuk yang membawa anak kecil
seperti Mika ke tempat ini harus waspada juga jika berada di dalam sarang.
Kenapa? Saat saya menjaga Mika, saya melihat ada kayu yang dipasang sebagai
aksen di bagian bawah terlepas, begitu pula dengan pakunya. Hati-hati, yah!
Di
meja yang ada di ruangan sarang burung yang kami tempati, saya melihat ada
banyak tombol berwarna-warni. Ada tombol untuk memesan makanan sampai tombol
untuk penyerahan bill dengan warna yang berbeda. Tombol-tombol ini tentu
memudahkan karena jarak dari sarang burung ke tempat reservasi tidaklah dekat
(apalagi sarang burung yang paling ujung! hehe). Jadi, jika kita ada apa-apa di
dalam sarang, tinggal pencet tombol saja. Di setiap sarang mempunyai pintu, jadi
acara santap makan keluarga pun jadi lebih privat dengan kondisi tertutup meskipun
di luar banyak orang berlalu lalang (sambil selfie!).
Oya,
jika ingin ke toilet pun tak perlu berjalan jauh ke bawah untuk mencarinya
karena salah satu sarang burung ini berfungsi sebagai toilet. Sip, jadi
walaupun resto kece ini ada diantara pepohonan tapi semuanya sudah tersedia dan
anti repot.
Bagaimana
dengan makanannya? Menurut saya, pilihan makanan di sini tidak terlalu banyak.
Saya memesan steamboat daging dan taro milk sedangkan Yaya Indro memesan sop
iga. Makanan ini cukup untuk kami berempat. Disamping itu kami juga
memesan kue cubit dan puding cokelat.
Untuk
rasa, sih, menurut saya biasa saja. Sebagai penggemar steamboat, saya rasa
sayurannya masih kurang matang dan berasa agak pahit. Makanya, dibanding
makanan utama saya malah lebih suka kue cubitnya. :)
Karena
siang itu anak-anak belum tidur, saya pun mempercepat sesi makan siang dan tak
sampai satu jam, kami sudah selesai dan bersiap pulang. Jadi, gimana kesan saya
terhadap resto ini? Saya, sih, suka banget sama tempatnya. Unik, lucu, dan lain
dari pada yang lain. Namun untuk makanannya terasa kurang spesial dengan harga
yang agak mahal, jadi mengurangi kesan saat menikmati makan siang di sana.
Tinggal satu
resto lagi yang belum kami coba di Dusun Bambu, yaitu Resto Purbasari yang
berbentuk saung di tepi danau. Lihat gambar-gambar resto ini saat blogwalking jadi bikin tambah kepingin
ke sana, deh. Mungkin nanti jika ada kesempatan ke Dusun Bambu lagi, kami akan
mencoba makan di Purbasari (jadi inget lipen sama lulur.. eehhh, hehehe… ).
-Bubu Dita-
RESTO LUTUNG
KASARUNG
DUSUN BAMBU
Jl. Kolonel Masturi Km 11 Lembang Bandung
Jl. Kolonel Masturi Km 11 Lembang Bandung
19 komentar
Aku terpesona dengan kue cubitnya mbaa. Menggiurkan sekali. Hihi. Moga kapan2 ya bisa main ke Sarang burung ini. Unik :)
ReplyDeleteWarna-warniii, ya, Mba Alida. Menyenangkan liatnya hehehe.. :D
DeleteIntinya lebih menjual suasana ya mbak :). Bukan rasa makanannya. Aku pribadi sih ya kurang suka dtg k tempat yg bagus tp makanannya biasa :D. Kec kalo emang niatnya mw cari foto cantik, bolehlah yaaa :D. Tx infonya mbak..
ReplyDeleteBetuuuls Mba Fan, ini ngejual suasana banget..Hehe iyaa aku emang niat foto2 di sana juga.. Kalo niatnya makan mending yang di Pasar Khatulistiwa yg banyak booth-nya itu. Kayaknya lebih puas makan di sana, deh, mba..
Delete125 ribu itu hanyak untuk sewa aja ya, Mbak?
ReplyDeleteIyes, Mba Myra.. Itu cuma biaya sewa tempat di luar makanan.. Mahil, yah.. :(
DeleteIni kalau dari Ganeca tinggal ngangkot aja ya, deket tapi belum tau kapan waktu yang pas >w<
ReplyDeleteOiya, aku lagi ngadain giveaway lho Mbak, kalau mau boleh mampir ke bit.ly/ga-diywithacipa ^^
Ayo, mba sekali2 main ke sana, seru jg tempatnya.. Siipp mba, meluncur liat GA-nya...
DeleteMau steamboatnya mba Dita :)
ReplyDeleteAsik ya klo jalan2 sekeluarga, kebersamaannya itu priceless banget
Hehe, iya Mba Uci jalan2 gini menyenangkan, yaa.. :D Semoga bisa ada kesempatan jalan2 lagi.. hehe
DeleteDi restoran Tong Tjie (disebuah mall di bandung) konsepnya hampir sama, tapi yang disana kayak sangkar burung gitu bukan sarang burung. Aih menarik tempatnya. Mupeng! :D
ReplyDeleteYa ampun kayak dikurung di dalam sangkar burung dong ya Om kalo makan di resto itu haha.. Di Bandung konsep restonya lucu2, yaa.. :D
DeleteMeski harus merogoh kocek tapi pengalamannya itu ya mba ga tergantikan dan ga ternilai. Apalagi kalau perginya bareng anak2. Jadi nambah wawasan mereka. Ih kayaknya seru deh bisa makan dna minum dalam suasana begitu..
ReplyDeleteMeski harus merogoh kocek tapi pengalamannya itu ya mba ga tergantikan dan ga ternilai. Apalagi kalau perginya bareng anak2. Jadi nambah wawasan mereka. Ih kayaknya seru deh bisa makan dna minum dalam suasana begitu..
ReplyDeleteHuhuw.. Iya Mba Ira, lumayan jg ternyata ngerogoh koceknya.. Tp bener mba ke manapun jalan2 sama anak2, sama keluarga itu menyenangkan banget.. :D
Deletemau akhh mampiirr klo ke Bandung
ReplyDeleteIya Mba, coba mampir deh seruuu tempatnya.. :D
DeleteItu rasanya gimana teh makan ditempat yang mirip dengan sarang burung ?
ReplyDeleteMakanannya juga muantappp teh, tapi namanya keren unik hahaha.
Eh iya, karena letaknya di atas pohon awalnya juga rada deg2an Kang.. Hehe :D
Delete